Pengamat TIK Tanggapi Positif Pendapat Menteri Luhut Soal Starlink

saranginews.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai menara telekomunikasi BTS tidak diperlukan dengan hadirnya Starlink.

Luhut mengatakan layanan internet Elon Musk dapat memberikan akses masyarakat terhadap layanan internet, pendidikan, dan kesehatan yang lebih baik.

BACA JUGA: Bertemu Menkominfo, Ketua Komisi I Tekankan Keberadaan Starlink di Indonesia 

Pendapat Menteri Luhut itu ditanggapi positif oleh Dedi Yudianto, Ketua Komite Penyelarasan Teknologi Informasi Komunikasi (KPTIK).

Pernyataan Menteri Luhut tidak ada kaitannya dengan operasional BTS yang dimiliki operator seluler tersebut. Malah lebih fokus pada pembangunan BTS Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk kawasan 3T yaitu in Saat ini terjerat kasus korupsi,” kata Dedi di Jakarta, Selasa (11/5/2024).

BACA JUGA: Pakar TIK Dedi Yudianto: Starlink memberikan informasi yang setara kepada penduduk kota dan kota

Secara teknis, lanjut Dedi, keberadaan menara BTS kurang diperlukan jika layanan yang sama masuk ke Indonesia tanpa menggunakan infrastruktur menara.

“Misalnya Puskesmas dan sekolah bisa berbagi booth bersama, di program Warkop Digital dan di program BNPT Digital Warung NKRI. Jadi bisa menjadi titik temu berbagi internet di desa,” kata Dedi.

BACA JUGA: Presiden KPTIK: Starlink membantu menghubungkan warga di daerah terpencil dengan dunia

Pakar Kewirausahaan dan Teknologi Komunikasi Informasi (TIK) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini berpesan kepada para pihak untuk tidak memberikan komentar negatif di media. Terutama mereka yang ingin meminta pemerintah menghentikan operasi Starlink karena panik atau takut kalah bersaing.

Permasalahan utama dari penggunaan Starlink adalah permasalahan layanan internet di wilayah termasuk 3T ​​tidak harus menunggu hingga tower BTS dibangun. Kehadiran Starlink dapat memberikan layanan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat dalam jarak jauh, jelasnya. Dedi.

Menurut Dedi, rupanya bukan hanya operator satelit saja yang kesal dengan pernyataan Starlink dan Menteri Luhut.

Ia mengatakan bahwa ada asosiasi dan organisasi yang tidak memiliki hubungan langsung, dan memberikan komentar yang menambah kegaduhan dan menambah suasana yang tidak jelas.

“Mungkin kelompok ini jadi lebih mudah dibicarakan di media online. Mungkin karena pemiliknya punya kepentingan atau tidak sadar akan permasalahannya. Tidak perlu meradang atau emosional,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Dedi, beberapa media juga menyoroti fakta bahwa Starlink memiliki kantor virtual sendiri dan tidak ada layanan pelanggan, sehingga jelas para pelaku internet masih memikirkan model bisnis lama.

“Sekarang era online didasarkan pada kepentingan dan strategi masing-masing individu yang mengoperasikan produk teknologi komunikasi informasi (TIK),” jelas Dedi, pengusaha ISP selama lebih dari 20 tahun.

Hingga saat ini, terjun di bisnis layanan Internet tidak terganggu dengan hadirnya Starlink karena berbedanya segmen dan wilayah layanan yang tidak dapat dijangkau oleh ISP atau penyedia seluler.

Dedi pun mengaku tak takut bisnis ISP yang dijalankannya bangkrut karena kehadiran Starlink.

Ia menjelaskan, meski jangkauan layanan Internet perusahaan ISP tersebut lebih kecil dibandingkan Starlink, namun kapasitasnya tidak terbatas atau unlimited karena menggunakan fiber optic.

Sedangkan Starlink terbatas karena menggunakan satelit, jadi Anda tidak perlu terlalu khawatir kecuali Anda memiliki kepentingan lain.

“Jadi pengusaha Starlink dan ISP itu sangat berbeda. Jadi tidak perlu menangis lagi, karena hadirnya Starlink tidak akan mengganggu Anda saat berinternet,” pungkas Dedi (jum/jpnn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *