Putu BKSAP Sebut Namibia Ingin Belajar Teknologi Air dan Pangan dengan RI

saranginews.com, JAKARTA – Putu Supadma Rudana, Ketua delegasi kunjungan diplomatik Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPRK RI, mengatakan organisasinya siap menggalang peluang kerja sama antara Indonesia dan Namibia di berbagai bidang.

Hal itu diungkapkan Putu Rudana saat bekerja sama dengan anggota BKSAP di Namibia, Afrika pada 2 Juni hingga 8 Juni.

Baca Juga: Putu Rudana Luncurkan Kerja Sama Parlemen Indonesia-Afrika

Dalam kunjungan tersebut, delegasi BKSAP bersama Duta Besar RI untuk Namibia Visnu Adi Pratingo, Ketua Majelis Nasional Namibia dan Presiden Dewan Nasional, Hon. Lucas Sinimbo Muha.

Putu mengatakan, banyak isu yang dibahas seperti ketahanan pangan, ketahanan air, pertanian, perikanan, pendidikan, dan kebudayaan. Menurutnya, iklim Namibia yang sangat buruk mengakibatkan kekeringan parah dan terbatasnya sumber air.

Baca Juga: Kasus Pembunuhan Vina Cireban, Polisi Periksa Psikologis Peggy Setiawan, Kenapa?

Oleh karena itu, salah satu anggota DPR di Bali, Namibia, belajar tentang pengelolaan ketahanan pangan dan air yang berkelanjutan dari Indonesia untuk memberikan layanan air bersih kepada masyarakat di negara tersebut.

Hal ini disebabkan oleh negara kepulauan di Indonesia dan kemampuan mengelola air dengan menggunakan pengetahuan lokal.

Baca Juga: Polisi Divonis 10 Bulan Penjara karena Tembak Mati Warga Seruyan, LBH Palanka Raya: Aneh

Baru-baru ini, Indonesia menjadi tuan rumah Forum Air Dunia ke-10 di Bali pada tahun 2024, yang menghasilkan pembentukan Jaringan Kaukus Air Parlemen Dunia dan pengarusutamaan berbagai kemitraan untuk mengelola ketahanan air.

“Nambia tidak memiliki banyak sumber air. “Jadi Namibia ingin belajar dari Indonesia tentang pengelolaan ketahanan air agar masyarakat bisa mandiri mengakses air bersih dan bersama-sama kita bisa menerapkan teknologi air,” kata Putu Rudana dalam konferensi pers, Selasa (11/6).

Sektor pertanian, perikanan dan pendidikan juga sangat penting bagi Namibia, katanya. Sejak tahun 2009, kedua negara menjalin kerja sama di bidang pertanian melalui UGM dan Universitas Namibia.

Menurut Putu, Universitas Gajah Mada (UGM) telah sepakat dengan Kementerian Pertanian Namibia untuk menjajaki peluang kerja sama pengembangan dan produksi benih tanaman pangan yang disesuaikan dengan kondisi lahan kering dan iklim Namibia.

Ini mendukung inisiatif ketahanan pangan dan swasembada Namibia. Ia mengatakan, “Perluasan kerja sama antara UGM dan Namibia juga terus dilakukan dalam bidang benih, vaksin, dan program KKN kooperatif.

Putu mengatakan, pertemuan tersebut juga membahas cara menjadikan Namibia sebagai hub produk Indonesia ke Afrika, serta cara meningkatkan mobilitas wisatawan Indonesia ke Afrika.

Anggota Biro Inter-Parliamentary Union (IPU) tersebut mengatakan, “Jadi, Namibia menerapkan syarat bebas visa bagi WNI pemegang paspor diplomatik, dinas, dan biasa. Kami berharap Indonesia juga mempertimbangkan untuk menerapkan hal ini. Komisi Pembangunan Berkelanjutan.

Putu menambahkan, hingga saat ini Indonesia dan Namibia telah menjalin hubungan kerja sama di berbagai bidang, seperti kerja sama di bidang infrastruktur, kelautan dan khususnya kerja sama pencegahan penangkapan ikan ilegal.

Peningkatan kerja sama ini dibahas dalam kunjungan kenegaraan Hage Gottfried Gengob, Presiden Republik Namibia, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 30 Agustus 2018.

Putu Rudana (FAT/JPNN) mengatakan: “Saya berharap pemerintah Indonesia juga kembali ke Namibia.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *