BPIP Sebut Hasil Ijtima ke-8 MUI Berpotensi Merusak Kemajemukan Bagi Warga Negara Indonesia

saranginews.com, Jakarta – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menanggapi hasil Ijtima MUI ke-8 tentang larangan ucapan selamat hari raya keagamaan dan ucapan selamat hari raya antar umat beragama.

Anggota Pengarah BPIP Amin Abdullah mengatakan, bangsa Indonesia sebenarnya terdiri dari 714 suku, agama dan kepercayaan yang beragam, sehingga penerbitan hasil Ijtima bisa melemahkan keberagaman bangsa. Katanya, ada unsur seks di dalamnya.

Artikel terkait: Ketua MUI dan LDII meyakini kebebasan beragama adalah identitas bangsa

Amin Abdullah berkata: ‘Keberadaan ini adalah hasil dari hidup berdampingan secara damai selama ratusan tahun, dan kearifan masyarakat bahwa bangsa tidak boleh tunduk pada akibat ijtima, yang menimbulkan eksklusivitas dalam bangsa dan kehidupan rakyatnya. ujarnya. Keterangan tertulis itu diterima Senin (20/6).

Amin Abdullah mengatakan MUI pada hakikatnya terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan yang wajib berpedoman pada Pancasila dan UU Ormas.

Artikel terkait: Anis dan Ijtima Ulama bersatu, FPI kembali berpeluang bertahan

Peraturan ini mengatur bahwa seluruh ormas wajib menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan NKRI, kata Amin Abdullah.

Pak Amin Abdullah menyampaikan, terbitnya hasil Ijtima MUI tentang larangan ucapan selamat hari raya antaragama dan hari raya keagamaan jelas mengingkari kewajiban ormas sebagaimana diatur dalam Pasal 21b UU Ormas, ujarnya. .

Baca juga: Hasil Ijtima Ulama Pengurus Fatwa: YouTuber dan Selebriti Instagram Wajib Bayar Zakat

Lebih lanjut, Amin Abdullah berpendapat bahwa sikap kaya keberagaman dan toleransi ini ada pada organisasi masyarakat keagamaan (Orma) dan ditantang dengan adanya

“Indonesia adalah negara besar dengan suku, agama, kepercayaan, ras, dan golongan yang berbeda-beda. “Keberagaman ini merupakan aset yang harus kita jaga dan jaga bersama,” ujarnya.

Menurutnya, toleransi antar umat beragama menjadi salah satu kunci menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila sudah seharusnya memperkuat semangat toleransi dan keberagaman, bukan justru menghancurkan fondasi persatuan.

Kekuatan Indonesia juga tercermin dalam semboyan Binneka Tungal Ika yang sejak nenek moyang telah menjadi tameng untuk menjaga keutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta merupakan simbol toleransi, semangat pluralisme dan kerukunan umat beragama secara budaya. hidup dan integral dengan Indonesia. identitas nasional Indonesia.

Posisi dan rekomendasi BPIP

BPIP sebagai wakil bangsa yang bertugas melakukan internalisasi nilai-nilai Pancasila berperan menjamin persatuan dan kesatuan bangsa dan negara agar kelangsungan hidup negara tidak terhambat oleh dominasi kekuatan agama tertentu. . . Saya yang bertanggung jawab. .

BPIP telah mengatasi masalah ini sebagai berikut:

1. Secara teologis, terdapat perbedaan antara agama dan pemikiran keagamaan, serta antara agama dan penafsiran agama. Hasil Ijtima adalah pemikiran keagamaan yang multitafsir, bukan mutlak. Jadi tidak ada kebenaran yang tunggal dan mutlak.

Hasil Ijtima harus dibentuk oleh berbagai perspektif, termasuk pertimbangan instrumen dan perjanjian internasional seperti Pesan Amman tanggal 9 November 2004.

Deklarasi Marrakesh tentang Hak-Hak Agama Minoritas di Dunia Islam, 25-27 Januari 2016. Deklarasi Abu Dhabi tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan, 4 Februari 2019 (Deklarasi Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian dan Hidup Berdampingan Dunia). Serta kesimpulan seminar internasional yang dilaksanakan di Universitas Al-Azhar Kairo pada tanggal 27 dan 28 Januari 2020. Dan Anda harus menjalani pemeriksaan publik.

Pancasila yang disepakati semua pihak (menjadi ijma/konsensus yang tertinggi, terlengkap dan paling mengikat), mempunyai derajat keislaman yang telah teruji dan terbukti secara substansial.

Meski tidak didominasi oleh ajaran agama tertentu, Pancasila mewakili hakikat ajaran suatu agama. Di Provinsi Pancasila, ajaran Islam yakni ‘Ubudiya’ ditaati secara pribadi, dan semangat serta inspirasi untuk mewujudkan akhlak menjadi manusia berkualitas di ‘Muamara’ menjadi sosial dan bermartabat.

Agama merupakan inspirasi batin yang melambangkan nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan yang tinggi, sehingga semakin religius seseorang maka ia akan semakin menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

2. Secara sosiologis, akibat ijtima larangan ucapan selamat hari raya keagamaan dan peringatan hari raya keagamaan mengancam eksistensi Pancasila dan keutuhan kehidupan berbangsa yang telah lama terkristalisasi sebagai kearifan lokal.

Tradisi ini telah diwariskan oleh nenek moyang kita selama ratusan tahun. Keutuhan negara yang sudah ada sejak ratusan tahun ini, tidak boleh dikompromikan oleh kelompok agama tertentu yang dapat mempolarisasi, disharmonisasi, dan mengganggu keutuhan negara.​

3. Dari sudut pandang fikih Islam, akibat dari ijtima yang dilakukan hanya mempunyai kekuatan untuk mengikat umat Islam secara internal dalam forum-forum keagamaan Islam, sehingga mengurangi nilai persatuan sehingga tidak memungkinkan khalayak eksternal untuk dipaksa. ke forum publik. dan menghormati keberagaman bangsa.​

4. Secara konstitusional, Pancasila merupakan landasan hukum tertinggi dan segala kebijakan harus mengikuti dan mengacu pada nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan pedoman dalam merumuskan segala peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan umum.

5. Keberadaan negara dan peran masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga kehadiran Pancasila di ruang publik dan mewujudkan kesetaraan bagi seluruh warga negara. Setiap orang yang menyatakan dirinya sebagai orang Indonesia dan mempunyai Kartu Tanda Penduduk Indonesia wajib melaksanakan Perjanjian Pancasila. Dalam hal ini dilakukan dengan mewujudkan toleransi dan menghargai perbedaan dalam kerangka Binneka Tungal Ika (jum/jpnn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *