Pahami Penggunaan Perangkat Vape agar Terhindar dari Pencemaran Logam

saranginews.com, JAKARTA – Belakangan ini beredar kabar kemungkinan adanya kontaminasi logam pada pengguna vape/rokok elektrik. 

Dokter Tri Budhi mengatakan kontaminasi akan terjadi jika pemanas melebihi suhu tertentu pada kumparan uap. 

BACA JUGA: APVI membuka peluang riset kooperatif di bidang vape

Namun, hal ini tidak mungkin terjadi jika pengguna memahami dengan jelas pengaturan perangkat dan mengetahui cara mengelolanya.   

“Sebagian besar perangkat vape kini menjadi perangkat mod yang diatur, artinya sistem pemanas dikendalikan oleh chip di dalam perangkat. Suhu kritis untuk memanaskan kumparan logam dapat dikontrol lebih lanjut,” kata Dr. Tri Budhi, Jumat (7/6). diberi tahu.

BACA JUGA: Buruk! Jumlah kasus rumah sakit anak terkait vaping kit 733%

Tri Budhi mengatakan banyak peneliti, aktivis, dan pemerintah memandang rokok elektrik sebagai alternatif berbahaya dibandingkan rokok tradisional.

Public Health England melakukan survei rutin setiap tahun dan menyatakan bahwa rokok elektrik jauh lebih tidak berbahaya dibandingkan rokok tradisional. 

Untuk itu perlu dilakukan upaya standarisasi perangkat agar seluruh perangkat yang beredar di pasaran terkendali dan tepat sasaran.

“Standarisasi produk dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dan bahkan dapat menjadi cara untuk mengedukasi pengguna tentang penggunaan vape,” kata Tri Budhi.

Pengaturan ini membantu uap tetap pada jalurnya

Saat ini, Indonesia masih belum menerapkan kerangka Tobacco Harm Reduction (THR) dengan produk tembakau alternatif seperti vaping. Menurut situs antismoking.global, Indonesia menempati peringkat ke-44 dari 64 negara dalam mengembangkan peraturan yang mendukung inovasi dan kebijakan pemerintah yang tepat untuk mengurangi prevalensi merokok.

Negara-negara yang telah menerima kerangka pengurangan dampak buruk tembakau ke dalam kebijakan negara mereka, seperti Inggris dan Swedia, berada pada posisi teratas. Hal ini karena kedua negara telah secara efektif mengurangi prevalensi merokok melalui produk tembakau alternatif, seperti vape, tembakau yang dipanaskan, dan patch nikotin. 

Pakar kesehatan sekaligus mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tikki Pangestu mengungkapkan, penyalahgunaan vaping di kalangan anak muda masih banyak terjadi. Untuk mencegah dan menguranginya, ia mengusulkan regulasi pasar ritel yang ditargetkan.

Hal ini untuk mencegah vaping remaja.

“Bukti dari banyak negara yang mengatur vaping, seperti Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Inggris menunjukkan penurunan signifikan jumlah pengguna vaping di kalangan anak muda,” kata Tikki.

Paparan yang ditargetkan dapat membantu mengurangi prevalensi merokok.

Tikki menyoroti tingginya jumlah perokok di Indonesia dan beban kesehatan yang ditimbulkannya. 

Menurutnya, terdapat 60 juta perokok di Indonesia dan 300.000 orang meninggal karena penyakit terkait rokok seperti kanker, jantung, dan diabetes. 

Tantangan selanjutnya adalah mengurangi jumlah perokok. 

Tikki mengatakan: “Banyak pendekatan yang ada dan telah diuji untuk mengurangi prevalensi merokok. Pendekatan baru yang telah berhasil diterapkan di banyak negara termasuk penggunaan produk tembakau alternatif, termasuk vaping, dan produk tembakau yang dipanaskan.” (mcr10/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *