saranginews.com, JAKARTA – APBN 2025 akan dilaksanakan oleh Prabowo Subianto. Namun pembahasan dan pengesahan APBN 2025 terjadi sebelum Prabowo resmi memimpin pemerintahan atau sebelum dilantik menjadi presiden.
Oleh karena itu, kami ingin menyikapi beberapa agenda strategis yang sebaiknya dilanjutkan pada masa beliau (Prabovo, Red.), dan memudahkan pemerintahannya melakukan perubahan untuk melaksanakan program-program strategis tersebut, kata Ketua Badan Anggaran DPRK itu. , kata Abdullah, dalam rapat pemaparan tertinggi pemerintah dan pokok-pokok kebijakan keuangan dalam RAPBN 2025, Gedung DPRK, Senayan, Jakarta, Selasa (4/6).
BACA JUGA: Shri Mulyani Bakal Capai Defisit APBN 2025 Ya
Selain itu, Syed Abdullah menyampaikan beberapa catatan penting terkait RAPBN 2025.
Pertama, sulitnya memprediksi guncangan eksternal. Ketegangan geopolitik telah menjadi ancaman tersembunyi terhadap aktivitas perekonomian.
BACA JUGA: Haider Alvi: Program makan siang gratis akan lebih baik jika tidak didanai penuh oleh APBN.
Oleh karena itu, harga komoditas global bisa naik pesat dan nilai tukar rupee ambruk dalam hitungan jam dan hari.
“Dalam sekejap, penyakit ini menyebar dan menekan ketahanan ekonomi nasional.” Tekanan eksternal ini berbahaya karena sektor pangan, energi, dan mata uang belum kuat,” kata Saeed.
BACA JUGA: Abdullah Sebut Kenaikan PPN 12 Persen Akan Merugikan Masyarakat dan Pelaku Usaha
Kedua, kondisi kehidupan menghadapi angin kencang. Keruntuhan ini tidak mendongkrak perekonomian nasional, melainkan membayangi perekonomian nasional hingga waktu yang tidak ditentukan.
“Kenaikan harga komoditas pada tahun 2022 akan memperkaya lapisan atas perekonomian dan memperlebar kesenjangan sosial,” kata Said.
Ketiga, kesenjangan sosial semakin melebar dari hari ke hari. Koefisien Gini pada semester 1 2024 mencapai 0,388, lebih tinggi dibandingkan semester 1 2023 yang sebesar 0,384.
“Kita bandingkan dengan tahun 2019, sebelum ada pandemi Covid, koefisien Gini berada di angka 0,380.” Kue kemakmuran harus dinikmati bersama, dan tren peningkatan kesenjangan sosial harus dikendalikan oleh pemerintah,” kata Saeed yang juga Ketua DPP Bidang Ekonomi PDIP Perjuangan.
Keempat, seluruh agenda yang kami laksanakan sejauh ini gagal mengangkat seluruh masyarakat keluar dari kemiskinan ekstrem.
Padahal pemerintah mempunyai target pengentasan kemiskinan pada tahun 2024. Konvergensi program pemberantasan kemiskinan ekstrim telah dilaksanakan.
“Jika pencapaian pengentasan kemiskinan ekstrem pada tahun 2024 belum tercapai, kami akan fasilitasi melalui RAPBN tahun 2025 agar pemerintah dapat menyelesaikannya,” kata Saeed.
Kelima, pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk mengatasi masalah deformasi. Ini menyangkut masa depan generasi bangsa.
Target obesitas yang dapat dicegah di masa depan masih menantang, yaitu 14,0 persen pada tahun 2024. Tahun 2023 masih 21,5 persen.
“Jika target 14,0 persen tidak terpenuhi, diperlukan upaya luar biasa, yang mencakup akses luas ke pusat-pusat intervensi,” kata Saeed, seraya menambahkan bahwa angin kencang telah “menangkap” perekonomian nasional dalam pusaran pertumbuhan lima persen.
Padahal, kita memerlukan waktu untuk menjadi negara maju pada tahun 2045. Pemanfaatan bonus demografi secara optimal yang akan habis masa berlakunya pada tahun 2036.
Ketujuh, alih-alih memanfaatkan bonus demografi secara optimal, dukungan anggaran pendidikan sebesar 20 persen belanja pemerintah justru gagal mentransformasi masyarakat menjadi pekerja terampil, penuh inovasi dan etos kerja tinggi.
“Lebih dari separuh angkatan kerja masih lulusan sekolah menengah atas.” Tentu saja, kita tidak bisa mengandalkan situasi ini untuk bersaing di pasar kerja yang kompetitif,” kata Saeed.
Dilihat dari struktur ketenagakerjaan, tingkat pengangguran pada tahun 2022 adalah 8,5 persen pada lulusan SMA dan 9,4 persen pada lulusan SMK.
Saeed mengatakan lulusan SMA ke bawah melakukan pekerjaan kasar, memasuki sektor informal, dan upahnya rendah. Lulusan perguruan tinggi memasuki sektor formal.
Data ini menunjukkan bahwa mereka yang menyelesaikan sekolah menengah atas dan kejuruan serta tidak melanjutkan ke perguruan tinggi lebih besar kemungkinannya berasal dari keluarga berpendapatan rendah.
“Itulah mengapa universitas harus lebih mudah diakses oleh keluarga kurang mampu,” kata Saeed.
Sembilan, data Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengungkapkan, 10 juta penduduk usia 15-24 tahun atau biasa disebut Gen Z menganggur, tidak bersekolah, tidak bekerja atau mengikuti pendidikan atau Not in Employment, Education or Training (NEET). Lebih spesifiknya, sekitar 22,5 persen atau 9,89 juta dari 44,47 juta penduduk usia 15-24 tahun pada Agustus 2023 masuk dalam kategori NEET.
“20 persen belanja pemerintah untuk pendidikan seharusnya bisa memberikan generasi muda kita keterampilan untuk menghadapi masa depan mereka,” kata Said.
Sepuluh, pembangunan dan arus infrastruktur tidak mengubah arah perekonomian, sehingga meningkatkan nilai ekspor kita.
Tingkat investasi untuk menghasilkan barang/jasa masih belum efisien. ICOR kita pada tahun 2014 tercatat sebesar 5,5.
Setelah satu dekade mendorong pembangunan infrastruktur, skor ICOR kami akan meningkat menjadi sekitar 6,5 pada tahun 2023.
Faktanya, negara-negara seperti Malaysia 4,5, Thailand 4,4, Vietnam 4,6, dan Filipina 3,7 sangat rendah, kata Said.
Eleven, data di atas misalnya, membutuhkan tambahan investasi sekitar Rp6,5 miliar untuk produksi setiap tambahan Rp, sedangkan untuk negara yang sama berkisar Rp3-4 miliar.
“Pembangunan infrastruktur dan investasi sumber daya manusia dan teknologi harus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan rasio ICOR nasional,” kata Saeed.
Duabelas, kami yakin ini akan menjadi langkah menuju negara industri. LPEM UI mencatat rata-rata biaya produksi selama sepuluh tahun terakhir hingga 2020 sebesar 39,12 persen, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata pada masa Presiden Megawati, 43,94 persen, dan 41,64 persen pada masa Presiden SBY.
“Situasi ini merupakan tanda industrialisasi besar-besaran, sehingga pemerintah harus mewaspadainya,” kata Saeed.
Ketiga, insentif pajak untuk kebijakan hilir harus diimbangi dengan upaya penyerapan tenaga kerja Indonesia, transfer teknologi, dan perluasan sektor manufaktur nasional.
Dengan demikian, pengelolaan sumber daya alam memberikan nilai tambah yang signifikan bagi kesejahteraan manusia.
Keempat belas, arus harus menjadi arah baru kebijakan ekspor dan pengelolaan devisa. Sejauh ini, kami telah mengekspor bahan mentah dan kemudian membelinya kembali setelah barang jadi sudah jadi, dan kami telah melakukannya selama beberapa dekade.
“Kita juga belum merasakan keuntungan devisa dari pendapatan ekspor. Mereka mengambil kekayaan alam kita tapi memasukkan mata uang asing ke luar negeri,” kata Saeed.
Menurut Saeed, kepemimpinan PPK Bangar membantu Pemerintah semakin berani mengubah pengelolaan mata uang untuk kepentingan nasional.
Kelimabelas, belum tercapainya agenda penguatan kemandirian pangan dan energi yang dicanangkan dari Nawacita 1.
Defisit perdagangan pangan kita semakin dalam dalam beberapa tahun terakhir, dari tahun 2007 hingga saat ini. Faktanya, defisit perdagangan pangan kita mencapai $5,3 miliar pada tahun lalu, yang merupakan defisit tertinggi dalam sejarah republik ini.
Enam belas, seperti di sektor energi. Sejak tahun 2003, konsumsi minyak kita lebih tinggi dibandingkan produksi dalam negeri.
Tahun lalu, konsumsi minyak kita lebih dari 1 juta barel per hari, sedangkan kapasitas produksi dalam negeri mencapai 600.000 barel per hari, yang sebagian dikelola oleh perusahaan minyak asing.
Pada kesempatan keluarnya, pimpinan Syed KHD Bangar berharap isu-isu utama di atas dapat menjadi perhatian pemerintah dan tercermin dalam rencana aksi Pemerintah dan kebijakan makroekonomi, serta prinsip-prinsip utama kebijakan fiskal. RAPBN 2025. (gratis/jpnn)