saranginews.com, ENDE – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Cristianto mengatakan, mudah sekali semua pihak memahami maksud Maruf Amin saat Wakil Presiden RI mengaku ingin menjadi anak presiden.
Hal itu diungkapkannya saat ditanya awak media usai acara di Pusat Pengungsi Bang Karno, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (31/5).
Baca Juga: MA Minta Perubahan Batas Usia Pejabat Utama Daerah, Politisi PDIP Sebut Keluarga Miskin
“Iya semua paham apa yang disampaikan Pak Wakil Presiden KH Marouf Amin, ya kalau kita sebagai negara di Timur benar-benar paham dengan kata-kata itu,” kata Hasto, Jumat.
Mantan mahasiswa Universitas Pertahanan Nasional (Unhan) ini bahkan menyebut masyarakat bisa memahami arah ucapan Marov jika ingin menjadi anak presiden.
Baca Juga: PDIP: Keponakan Prabowo Lebih Cocok Jadi Anggota Korea Utara, Bukan Gubernur
“Ya, kami sudah tahu ke mana arahnya,” kata Hastow.
Kekhawatiran saat ini, katanya, adalah para pemimpin nasional tidak menghormati budaya proses dalam politik dan fokus pada tokoh-tokoh terdekat.
Baca Juga: MA Ubah Batas Usia Calon Kepala Daerah, Seno PDIP Marah: Ini Tidak Baik untuk Demokrasi
“Jadi yang kita khawatirkan saat ini adalah budaya proses yang seharusnya dituju oleh para pemimpin tertinggi negara ini, namun hal ini justru diabaikan, dan proses tersebut dirancang untuk menciptakan budaya loyalitas, budaya non-peradaban. Mempromosikan kesuksesan adalah hal yang ironis,” kata Hastow.
Dulu, Maroff pernah mengatakan bahwa setiap manusia dilahirkan ke dunia dan tidak bisa memilih akan memiliki anak siapa.
Manusia tidak bisa memilih siapa orang tuanya, kata Maroff. Ia kemudian mencontohkan, jika orang tua mau, maka anak tersebut ingin menjadi anak presiden.
“Rakyat tidak bisa memilih siapa bapaknya, siapa ibunya. Bisa? Kalau bisa, saya ingin jadi anak presiden, tapi tidak bisa. Itu terpaksa (dengan niat Allah SWT),” kata Marouf. (AST/JPNN) Terbaru Jangan lewatkan videonya:
Baca artikel lainnya… PDIP meminta MK menerima pencalonan dan menetapkan hasil pemungutan suara di Kabupaten Asmat
