Ketua DPD RI LaNyalla: Kebudayaan Merupakan Karakter dan Jati Diri Bangsa

saranginews.com, DENPASAR – Semangat pendidikan jati diri bangsa diungkapkan Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti di Denpasar, Bali.

Senator asal Jawa Timur ini menyatakan, stabilitas budaya menjadi indikator penting karena budaya merupakan karakter dan jati diri suatu bangsa, serta bagian dari kekuatan bangsa.

BACA JUGA: LaNyalla: DPD RI dan pemangku kepentingan nasional meminta MPR mengembalikan UUD 1945 ke teks aslinya

LaNyalla mengatakan Indonesia mempunyai kekuatan nasional yang mutlak kuat. Ketahanan pangan, energi, kesehatan, pendidikan, militer, keamanan budaya.

Karena inilah modal negara dan pemerintahan kita untuk mewujudkan cita-cita nasional yang tertuang dalam alinea 4 Pembukaan UUD Indonesia, dalam konteks permasalahan dan dinamika global.

BACA JUGA: DPD rayakan HUT RI ke-19, LaNyalla dorong penguatan kedaulatan rakyat

“Mengapa keberlanjutan budaya itu penting? Karena hakikat kebudayaan adalah karakter dan jati diri bangsa. Kita semua tahu bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter dan jati diri bangsa yang kuat, yang harus dijaga dan dipupuk, kata LaNyalla saat diskusi panel DPD “Kebudayaan Sebagai Jati Diri Bangsa” yang bertemakan isu global, Keberlanjutan Kebudayaan dan Pancasila. Kantor RI, Denpasar, Bali, Rabu (29/05/2024).

Lebih lanjut kolektor Keris Pusaka menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara besar.

BACA JUGA: Buronan 8 Tahun, Pembunuh Vina Cirebon Ditangkap di Kawasan Ini

Negara yang lahir dari peradaban besar pada masa Kerajaan dan Kesultanan Nusantara. Pada masa itu, peradaban menciptakan berbagai ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

“Jadi sebagai bangsa dan negara hendaknya kita lahir dari peradaban besar Kerajaan dan Kesultanan Nusantara, mempunyai kebudayaan yang kuat. Jati diri dan karakter masyarakat nusantara harus kuat. Demikianlah bangsa Indonesia akan tetap berkarakter Indonesia,” ujarnya, warga Bugis

LaNyalla juga menemukan bahwa sumber jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sebab, kata Bung Karno, nilai-nilai tersebut sudah ada di nusantara jauh sebelum zaman penjajahan Belanda. Sehingga nilai-nilai Pancasila benar-benar menjadi urat nadi bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, kami telah mengajukan RUU yang diprakarsai oleh DPD RI periode 2019-2024, yaitu RUU tentang Perlindungan dan Pelestarian Budaya Tradisional Kerajaan Nusantara. Alhamdulillah RUU ini telah disahkan. daftar program legislasi nasional,” imbuhnya.

Diakuinya, sebagai Ketua DPD RI, dirinya sengaja berbicara dan terus mendorong Putra Mahkota dan Kesultanan serta masyarakat adat nusantara untuk mengambil perannya dalam menentukan arah perjalanan negara. Karena mereka adalah bagian dari penjaga “Stabilitas Kebudayaan” yang merupakan bagian penting dari kekuatan nasional Indonesia.

“Selain itu, kita sedang menghadapi tantangan dan ancaman global akibat disrupsi yang terjadi di dunia. Baik ketegangan geopolitik global, maupun disrupsi teknologi dan degradasi lingkungan. Ini bukan main-main, harus dihadapi dengan semangat solidaritas yang kuat. , jangan biarkan pemerintah sendirian”, ujarnya.

Di akhir pemaparannya, LaNyalla mengajak semua pihak untuk terus melanjutkan perjuangan penguatan kekuatan budaya dalam kerangka kekuatan nasional Indonesia, penguatan karakter dan jati diri bangsa yang dikaitkan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Sementara itu, FGD berlangsung menarik dan peserta berpartisipasi dengan sangat antusias. Dipimpin langsung oleh moderator Putu Eka Gunayasa, dua pembicara yaitu Raja Denpasar Ida Pengelingsir Puri Satria Denpasar dan Guru Institut Seni Indonesia Denpasar Dr. Kadek Suartaya banyak peserta yang mendapat jawaban.

Ketua DPD RI Denpasar Ida Pengelingsir Puri Satria menyatakan sangat setuju dengan pandangan yang disampaikan.

Dikatakannya bahwa sumber kebudayaan adalah keraton atau kerajaan. Semakin lama keraton dan kerajaan tersebut dipertahankan maka akan semakin kuat pula bangsa ini.

“Makanya DPD harus dipilih kembali menjadi Presiden RI periode berikutnya. Karena dialah satu-satunya orang yang memperjuangkan kerajaan dan kerajaan di negaranya selama ini. Jadi dia sangat membantu bangsa melalui perlawanan, budaya perlawanan,” ujar Ida Penglisir yang langsung disambut tepuk tangan.

Ida menambahkan, untuk melestarikan budaya, harus dilakukan proses adaptasi setiap tahunnya. DPD RI mampu mengelola adaptasi ini sebagai lembaga publik tertinggi.

“Karena cagar budaya juga harus memiliki payung hukum, maka inisiatif DPD RI harus terus berlanjut hingga RUU tersebut menjadi undang-undang,” ujarnya.

Kadek Suartaya, nara sumber lainnya, mengamini apa yang dijelaskan LaNyalla. Kadek mengatakan disrupsi teknologi di era robotisasi dan kecerdasan buatan juga akan berdampak pada kebudayaan.

“Bahkan sekarang, kita semua merasakannya di depan mata kita, di depan ponsel kita. Gadget ini secara tidak langsung mengikis budaya kita. Semua ini harus dipersiapkan untuk pertolongan segera. Oleh karena itu, acara yang digagas DPD RI ini sangat baik untuk memperkuat kebudayaan kita dengan tema yang sangat modern, ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Alfiansyah Komeng menyampaikan pendapatnya mengenai kebudayaan sebagai anggota DPD RI terpilih. Dia mengungkapkan versi budayanya.

Jadi jangan kaitkan yang negatif dengan budaya. Pak Nyalla juga sudah menjalankan tugasnya dengan baik sebagai Ketua DPD RI. Beliau terus menjaga dan menjaga budaya,” jelas Comeng.

Hadir dalam acara tersebut Anggota DPD RI Bali, H. Bambang Santoso dan Ngurah Amara, serta Bustami Zainuddin, Anggota DPD RI Lampung, dan Habib Ali Alvi, Anggota DPD RI Banten.

Turut hadir Anggota DPD RI Terpilih Bali Arya Vedakarna, Anggota Terpilih DPD RI Alfiansyah Komeng Barat, Anggota Terpilih DPD RI Rudi Tirtayana Papua Selatan dan Anggota DPD RI Terpilih Kalimantan Timur Yulianus Xenok Sumuale.

Turut hadir Ayu Putu Lilik Khandayani (perwakilan Sekda Provinsi Bali, Kepala Bidang Warisan Dinas Kebudayaan), Wayan Sumara dan Arya Vibawa dari Polda Bali, Candra Purnama dan Makodam H Udayana dari Kejaksaan Tinggi Bali. Juga mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar dan mahasiswa Universitas Mahendradatta. (kanan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAGI… Penembakan di Surabaya ikut latihan perang, Sontoloyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *