Penjabat Gubernur PPB Mohammad Musa’ad Dinilai Tidak Mengayomi Orang Asli Papua Jadi ASN

saranginews.com, JAKARTA – Warga Aimas, Abraham Howei, dengan tegas menyatakan Penjabat Gubernur Papua Barat Daya Mohammad Abud Musaad sengaja menyerahkan nasib Orang Asli Papua (UPPs) pada pemerintahan Negara Papua Barat Daya.

Howei mengatakan hingga saat ini, pejabat yang berhasil lolos seleksi pengurus kunci senior (PJPT) belum diangkat tanpa alasan yang jelas.

BACA JUGA: Ridwan Rudalamun ditunjuk Pj Gubernur Papua, Komponen FIM dan Tabi – Tanggapan Sairiri

“Sayang sekali belum ada pelantikan perwira yang lolos seleksi, apalagi perwira lapis kedua yang baru diumumkan namanya pada April tahun lalu. Sampai saat ini, nasibnya masih belum jelas.” . belum tahu bagaimana nasib puluhan ASN, khususnya petugas OAP ke depannya,” kata Howei dalam keterangan tertulisnya, Jumat (24/5).

Menurut Howei, sesuai Surat Keputusan Nomor: 01/PANSEL – JPTP/IX/2023, jadwal rekapitulasi hasil seleksi terbuka Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (PJPT) di lingkungan Pemerintahan Barat Daya Negara Papua akan dilaksanakan pada tahun 2023. .melalui tahapan seleksi dengan berbagai persyaratan dan mekanisme, cukup ketat dan ada pula yang panjang.

BACA JUGA: Dukung Paulus Waterpau Pencalonan Gubernur Papua, IKAL Jatim Bergerak Bentuk Relawan

Mulai tanggal 24 Oktober hingga pengumuman pilihan harus berakhir pada tanggal 8 Desember 2023.

Namun kenyataannya, karena berbagai alasan, keputusan tersebut hanya diambil untuk 3 (tiga) peserta utama hasil seleksi peserta pada 17 April 2024 yang kemudian diumumkan pada 24 April 2024.

BACA JUGA: Pemprov Papua Barat Daya Prioritaskan Program Kesejahteraan Sosial

Walaupun jangka waktunya cukup lama yaitu 4 bulan (Desember 2023 – April 2024).

“Melihat tindakan-tindakan di atas yang tidak sesuai jadwal, masyarakat Papua Barat Daya sangat menyayangkan dan mempertanyakan langkah dan tindakan yang keliru dan keliru yang dilakukan Pj Gubernur Musaad. Pj Gubernur sengaja menunda pengumuman tiga peserta JPTP terbesar. “Sebenarnya berdasarkan hasil seleksi, banyak ASN asli Papua yang memenuhi syarat dan meraih juara pertama,” kata Houei.

Howei juga mengatakan, penundaan pembukaan puluhan pejabat lapis kedua (ASN) akan menimbulkan stigma negatif para lansia terhadap pemerintah pusat.

Sebab, sebagai wakil pemerintah pusat, Pj Gubernur Musaad dinilai kurang serius dalam memimpin dan melindungi para lansia yang berstatus PNS.

“Hal ini juga bisa menjadi preseden buruk bagi pemerintah pusat yang tidak peduli terhadap kehormatan dan harkat dan martabat para sesepuh ASN. Pemerintah (Kemendagri) perlu mengevaluasi kinerja Pj Gubernur Musaad kembali. “Masih banyak purnawirawan yang mampu dan berprestasi lebih baik dari Musaad,” kata Howei.

Tak jauh berbeda, komentator politik Papua Ortisan Kambu menuding penjabat gubernur Mohammad Aboud Musaad sengaja menunda pelantikan puluhan pejabat lapis kedua, ketiga, dan keempat di pemerintahan provinsi tersebut.

Bahkan, kata Ortizan, puluhan pejabat memenuhi tuntutan tersebut namun tidak mendapat kepastian atas pernyataan yang seharusnya dilontarkan Gubernur sementara Musaad.

“Ini provinsi baru, waktu itu anggotanya baru menetap sedikit. Sisanya masih diuji dengan baik. Setiap orang yang memenuhi persyaratan ikut serta. Nama-nama tier II, III dan IV sudah diketahui. Kalau keluarnya harusnya seminggu dari jadwal yang seharusnya,” ujarnya.

Ortisan juga menilai Pj Gubernur tidak fokus menjalankan tugasnya sebagai Kepala Daerah Provinsi Papua Barat Daya.

Ia bahkan menuding Pj Gubernur Musaad bisa menggunakan jasa pemerintah untuk bepergian ke sana kemari.

“Gubernur tidak pernah menjabat, tidak mau bekerja di kantor gubernur. Mengapa harus bertindak seperti itu? Dia sedang berjalan. Ini adalah pemerintah yang tugasnya hanya melakukan perjalanan. Awalnya saya mendukungnya, tapi sekarang tidak,” tegas Ortizan.

Ortisan juga meminta Pj Gubernur dapat melantik pejabat lapis kedua, ketiga, dan keempat secara bersamaan dan tidak menunda-nunda lagi.

Menurut dia, agenda pembukaan harus dilaksanakan sebelum pilkada.

“Tingkat II, III, dan IV harus segera kita terapkan dalam satu langkah. Jangan terlalu berharap eselon dua bulan ini, eselon tiga bulan ini, dan seterusnya. Kalau tidak mau dilantik, lebih baik tidak dilantik.” Sebentar lagi pilkada, apa gunanya Pilkada sudah ada tapi belum dibuka,” kata Ortizan (Jumat/JP).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *