saranginews.com, JAKARTA – Psikolog forensik Reza Andragri membuat analisis menarik tentang babak baru kasus pembunuhan Veena Devi Arsita dan Mohammad Riski Rudiana Ya Eki pada 2016.
Menurut dia, tindakan Polda Jabar dan Kompolnas sama saja, artinya putusan kasus tersebut tidak sah sehingga cukup mencari DPO saja.
Baca Juga: Mantan Bupati Serbia Bantah Terlibat dalam Pembunuhan Putri Veena: Saya Masih SD Saat Peristiwa Itu Terjadi
Namun, Reza berpendapat berbeda.
Menurut dia, yang harus diutamakan adalah hulunya, yakni keahlian.
Baca Juga: Peggy Setiawan Akui Bunuh DPO Veena Siriban: Saya Tidak Pernah Melakukannya, Saya Siap Mati
Tujuannya untuk memeriksa tanda-tanda ketidakadilan, kata Raza saat dihubungi, Senin (27/5).
Nah, sekarang saya coba gunakan pemikiran Polda dan Kompolnas Jabar. Oleh karena itu, saya masih mendorong pencarian DPO, lanjutnya.
Baca juga: Saksi Mata Bongkar Pelaku Brutal Penembakan Tol Waru Sadwarjo di Jawa Timur
Namun nama DPO dalam kasus ini bukan hanya Peggy saja.
“Nama lengkapnya tertera jelas dalam putusan hakim. Kenapa Polda Jabar tidak menangkap Peggy saja? Kenapa Polda merahasiakan nama dua DPO lainnya?” Mereka berkata.
Setelah itu, dia mempertanyakan mengapa polda tidak memperhatikan keputusan hakim atau mengoreksinya.
Sebenarnya milisi daerah dan kompulna sendiri dari awal sudah mengatakan akan terus mengambil keputusan. Lalu terjadi hal aneh lagi, kata Razo.
Ia menilai, perilaku Polda dan Kompolnas Jabar merupakan sebuah berkah tersembunyi.
“Fakta bahwa Polda mengoreksi keputusan hakim (atas DPO) berarti mengakui adanya kesalahan dalam proses penerapan hukum dalam perkara ini sejak awal. Apalagi sejak nama petugas DPO sudah dirilis,” ujarnya.
“Karena Polda Jabar mengakui dan mengoreksi hal tersebut, maka hendaknya juga mengkaji ulang proses penyidikan dan penyidikan yang dilakukan Polda Jabar dan Polsek Serbia,” kata Riza. (mcr8/jpnn)
Baca Artikel Lainnya… Pembunuh Veena Sereban yang Buron 8 Tahun Ditangkap dari Daerah Ini
