saranginews.com, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi III Korut Ahmad Sahroni melakukan penilaian dan standar di Polda Metro Jaya pada Kamis dini hari (23/5) usai membubarkan perselisihan di Lenteng Agung – Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Sebanyak sebelas pemuda ditangkap polisi karena dicurigai mencoba melakukan perlawanan di kawasan tersebut.
BACA: Catatan Dalan Iskan soal Kasus Vina Cirebon: Aneh
Kapolres Metro Jaya Kepala Samapta AKBP Roza Vitarsa
Selain di Jakarta Selatan, petugas Polda Metro Jaya juga menangkap beberapa orang yang hendak melakukan perlawanan di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur.
BACA JUGA: Papua akan pekerjakan 10.000 polisi, Sahroni: Polisi menjangkau masyarakat
Sahroni juga meminta Polda Metro Jaya terus memperkuat patroli di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
“Kami berterima kasih kepada Polda Metro Jaya yang telah berhasil mengorganisir setiap kantor polisi di wilayahnya untuk menggalakkan patroli guna mencegah konflik,” kata Sahroni dalam keterangannya di Jakarta (24/5).
Baca Juga: Jaksa Agung Periksa Empat Pejabat ESDM dalam Kasus Korupsi Timah PT Timah Tbk
Politisi NasDem itu mengatakan peningkatan patroli polisi dan upaya melindungi tersangka remaja dalam konfrontasi lebih baik daripada mengambil tindakan setelah kejadian tersebut.
“Kalau begitu, situasi masyarakat akan lebih menguntungkan dan tidak akan ada laporan kekerasan. Oleh karena itu, saya mendorong untuk terus melanjutkan dan mendorong sirkulasi, karena dengan melakukan tindakan preventif tersebut akan banyak orang yang terselamatkan,” kata Sahroni.
Sahroni juga meminta polisi melatih para perusuh yang banyak di antaranya adalah remaja SMA untuk melakukan tindakan pencegahan yang tepat.
“Pemicu gangguan ini kebanyakan anak muda, mereka masih bersekolah, makanya polisi harusnya melatih, bukan menangkap, dan membiarkan mereka lepas begitu saja keesokan harinya. Kalau iya, pasti besok mereka akan melakukannya lagi,” ucapnya. .
Menurutnya, polisi harus membimbing anak-anak yang berkelahi, termasuk orang tua dan pihak sekolah.
“Mereka diberi instruksi terlebih dahulu, orang tua dan sekolah dipanggil, dan diberitahu ancaman hukuman jika mengulanginya,” kata Sahroni.
Ia berpendapat bahwa remaja yang terkena dampak konflik seringkali adalah mereka yang sedang mencari kualitas diri, atau mereka yang terpengaruh oleh budaya buruk lingkungannya.
“Mereka masih muda, bisa dikembangkan dan diarahkan pada kegiatan positif,” kata Sahroni (gemuk/jpnn).