saranginews.com, ENDE – Kementerian Pertanian melalui Departemen Umum Hortikultura (Dijon) saat ini sedang melaksanakan Proyek Pengembangan Hortikultura di Kawasan Kering (HDDAP).
HDDAP atau Better as Dry Horticulture Development Project dilaksanakan di 13 kabupaten di 7 provinsi Indonesia dengan mengadopsi konsep digital yang disebut sistem “MIS-KoltiTrace”.
Baca Juga: Kementan Resmikan Kawasan HDDAP 10.000 Hektare di 13 Kabupaten
Sistem ini akan diterapkan di seluruh kabupaten di mana HDDAP diterapkan untuk menyederhanakan proses pemantauan dan evaluasi.
Jackie Hendra, Direktur Konservasi Hortikultura dan Manajer Proyek HDDAP, mengatakan digitalisasi merupakan jalur akses penting untuk seluruh kegiatan HDDAP.
Baca Juga: Program HDDAP Antusiasme Petani Goa Untuk Fokus Pada Pengembangan Hortikultura Di Daerahnya
Jakoi mengatakan dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (25/5): “Data jejak petani dapat direkam melalui aplikasi Android dan web MIS-Koltitrace.”
Pelatihan dan uji coba MIS-Koltitrace dimulai termasuk di Kabupaten Ende yang merupakan salah satu lokasi terpilih HDDAP pada 20-21 Mei.
Baca Juga: Somdang Jadi Percontohan Pengembangan Program HDDAP dan Persiapan Pengembangan Lada
Di Ende, kegiatan yang dilakukan meliputi presentasi tentang aplikasi mobile MIS-KoltiTrace, dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke Distrik Vologita dan Distrik Kelimutu untuk melakukan simulasi pendataan petani.
Selain itu, lahan uji coba berada pada lahan subur milik petani atau gapuktan di kawasan tersebut.
Dina Marta, Digitalization Officer HDDAP, mengatakan ada dua tanaman unggulan yang akan dikembangkan dalam program HDDAP di Kabupaten Ende, yaitu jahe dan alpukat.
Dina Marta menjelaskan, “Pada saat pelaksanaan percontohan, petani penerima bantuan HDDAP CPCL diajak untuk melakukan survei kegiatan budidaya, pasca panen dan pengolahannya, serta survei lapangan dilakukan dengan menggunakan model petak kebun poligon.
Ghader Ibrahim Din, Pj Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ende mengatakan, pihaknya siap mendukung HDDAP dengan menyiapkan kemungkinan lokasi lahan di beberapa subwilayah.
Selain itu, lanjutnya, Kabupaten Ende juga berkomitmen dalam menyeleksi personel PPL dan POPT terbaik yang terlibat langsung dalam pengawasan pelaksanaan HDDAP, khususnya dalam pengembangan sistem data yang baik dan tracing.
“Komitmen Kabupaten Ende terhadap keberhasilan proyek ini merupakan langkah penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan dan pembangunan ekonomi lokal,” tegas Ghadir.
Ia pun berharap program ini dapat membawa banyak manfaat bagi masyarakat dalam hal pengembangan pertanian di musim kemarau.
Ghadir menambahkan: Hal lain yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah bahwa lokasi lahan yang ditanami jahe dan alpukat saat ini masih tersebar dan sulit diakses.
Ditambahkannya, letak lahan yang ada tidak searah dan akses jalan pertanian yang masih buruk menjadi kendala bagi petani dalam melaksanakan proses budidaya.
HDDAP merupakan program pinjaman dan bantuan luar negeri (PHLN) yang bersumber dari Asian Development Bank (ADB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
Program HDDAP resmi diluncurkan pada Kamis (16/5) dengan acara Kick Off di Surabaya, Jawa Timur.
HDDAP dilaksanakan di 13 kabupaten yaitu Pakpak Bharat, Daire, Karoo, Somdang, Batang, Wonusobu, Gersik, Lomajang, Somanap, Bali, Ande, Enerkang dan Goa. (mrk/jpnn)