saranginews.com, JAKARTA – Pakar Menteri Olahraga RI Hamdan Hamdan menjawab kelebihan dan kekurangan memberikan peluang bagi diaspora Indonesia di luar negeri.
Menurutnya, keberadaan diaspora luar negeri sangat penting bagi Indonesia.
Baca juga: Selenggarakan IYSDGS 2024, Universitas Bakrie Dorong Anak Muda Indonesia Berbuat Lebih Banyak
Hal itu diungkapkan Hamdan saat berdiskusi tentang peran dan pemberdayaan diaspora dalam kebijakan luar negeri Indonesia yang digelar di Laboratorium Ilmu Politik Universitas Bakrie, Rabu (22/05/2024).
Ada tiga pembicara yang turut serta dalam diskusi tersebut yaitu; Muhsin Syihab (Menteri Luar Negeri RI yang ahli di bidang hubungan antarlembaga) dan Muhammad Badaruddin (Dosen Ilmu Politik Universitas Bekri).
BACA JUGA: Gus Addin kumpulkan diaspora Ansor yang tersebar di 20 negara
Diskusi ini dimoderatori oleh Yeyen Rostiani (Praktisi Media/Dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie).
Dalam acara ini para pembicara menyepakati pentingnya diaspora di luar negeri bagi negara.
BACA JUGA: Visa Diaspora
Namun demikian, masih terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengoptimalkan peluang dan peran diaspora Indonesia di luar negeri bagi pembangunan Indonesia.
“Sekarang ada kelebihan dan kekurangannya, serta kurangnya literasi diaspora di Indonesia,” tegas Hamdan menjelaskan tantangan pemberdayaan diaspora di Indonesia.
Hamdan juga menyebutkan tantangan lainnya adalah lemahnya koneksi antara diaspora Indonesia dengan negaranya.
Hal lainnya, diaspora harus dilihat sebagai jembatan yang menghubungkan bangsa Indonesia dengan kancah internasional, tegas Muhammad Badaruddin.
Ia meyakini cara pandang terhadap diaspora Indonesia harus perlahan berubah.
Dalam kesempatan lain, Muhsin Syihab menekankan pentingnya peran diaspora, termasuk memberikan hadiah uang tunai sekitar Rp 200 triliun agar pantas disebut sebagai pahlawan devisa.
“Diaspora itu kekayaan negara, harus dikelola dengan baik agar mereka tidak takut pulang kampung dan membangun Indonesia,” tutupnya.
Kegiatan diskusi ini juga dihadiri oleh mahasiswa Ilmu Politik, dosen Universitas Bakrie yang berlokasi di kawasan Epicentrum Kuningan, Jakarta dan diakhiri dengan sesi tanya jawab (et al/jpnn).