saranginews.com, JAKARTA – Anggota DPD RI Abdul Rahman Taha menyoroti langkah Ditreskrimum Polda Metro Jaya yang membentuk tim khusus anti perampokan menyikapi meningkatnya perampokan di wilayah hukumnya.
Apalagi setelah calon pelajar (sasis) anggota Polri bernama Satriyo Mukti Rahaju (18) menjadi korban perampokan di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Baca Juga: Kapolri Puji Petugas Polisi Cassis yang Jarinya Diamputasi dalam Perampokan.
Namun pembentukan tim anti pengungsi justru dipertanyakan senator kondang berinisial ART itu.
Sebenarnya Kabharkam Poleri, Fadil Imran, tahun lalu telah meresmikan Kelompok Patroli Perintis Presisi (TPPP) untuk seluruh satuan di wilayah Polda.
Baca juga: Tersangka perampokan terluka di bagian dada akibat tembakan petugas
Katanya, dengan terbentuknya TPPP, seharusnya tidak ada lagi tim sementara yang disebut tim hantu, seperti tim yang sering unjuk kebolehan di acara TV.
Lanjutnya, “Karena TPPP disebut-sebut fokus pada pencegahan, maka pembentukan tim baru Polda Metro Jaya menunjukkan betapa tidak efektifnya TPPP.
Baca juga: Ayah Dibunuh Anak Kandungnya di Tangerang
Senator asal Sulawesi Tengah (Sulteng) itu kemudian merujuk pada peristiwa November-Desember 2020 ketika TNI turun tangan di sekitar Petamboran dan sekitarnya.
Dia berkata: “Ini terjadi setelah situasi di ibu kota digambarkan tegang dan macam-macam. Menurut pendapat saya, operasi seperti itu offside. Tapi ‘tidak ada’, biarlah berlalu.”
Menanggapi maraknya perampokan belakangan ini, ART justru meminta Polri dan TNI duduk diam.
Coba cek lagi ke polisi dan TNI. Apa yang akan kamu lakukan dengan para bajingan ini sekarang?” Dia berkata.
Sebab menurutnya, jika sekadar diperingatkan maka pencuri akan kebal. Dalam proses hukum, mekanismenya memakan banyak waktu.
“Pencuri sebenarnya membuat orang memakan hati dengan hati yang dimasukkan ke dalamnya. Alasannya adalah mereka kambuh. “Kecaman massal berarti masyarakat kini mulai tertular ketakutan akan kejahatan.” kata ART.
Mantan aktivis HMI ini bahkan menilai sudah tidak mungkin lagi memperingatkan pihak berwajib mengenai pencurian tersebut. Bahkan, dia yakin pelaku kejahatan jalanan tidak perlu lagi diberi peringatan.
“Memang di masa depan mungkin ada yang bicara soal hak asasi manusia. Ah, melindungi komunitas pastinya harus diutamakan. “Hak asasi warga negara yang ingin hidup di dunia, yang jumlahnya jauh lebih banyak, tentu lebih penting dibandingkan hak asasi para perusuh.” (gemuk/jpnn)