Indonesia Bisa Menjadi Pusat Manufaktur Mobil Listrik Asia Tenggara, Asalkan…

saranginews.com, Jakarta – Indonesia akan segera merumuskan strategi untuk memperkuat posisinya sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara, menurut Departemen Pendidikan Bisnis International Institute for Management Development (IMD).

Hal ini disebabkan semakin kuatnya ekspansi pabrikan China di pasar kendaraan listrik global.

Artikel terkait: Penjualan Kendaraan Listrik April 2024 Wuling Cloud EV Monser

Howard Yu, direktur Pusat Kesiapan Masa Depan IMD, mengatakan melalui harga yang kompetitif dan inovasi yang agresif, pabrikan Tiongkok diharapkan menguasai sepertiga pasar kendaraan listrik global pada tahun 2030. Dinyatakan.

Apalagi, beberapa pabrikan di China menjual mobil listrik dengan harga terjangkau.

Baca juga: Chery Luncurkan Mobil Listrik Baru, Tersedia 2 Versi, Harga di Sini

“Langkah ini akan memberikan keunggulan kompetitif bagi produsen kendaraan listrik Tiongkok dan menimbulkan ancaman serius bagi produsen mobil Eropa,” kata Yu dalam keterangan resmi, Selasa.

Yu mengatakan beberapa produsen kendaraan listrik China juga aktif melakukan ekspor ke beberapa pasar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Baca juga: Wuling menyumbang 64% penjualan kendaraan listrik di Indonesia

Langkah ini mereka lakukan untuk mengarahkan kelebihan kapasitas produksi ke pasar domestik Tiongkok.

Oleh karena itu Yu mengusulkan sejumlah langkah untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik di Asia Tenggara.

Pertama, mengembangkan kebijakan, peraturan, dan insentif untuk mendukung adopsi dan produksi kendaraan listrik.

Misalnya saja dalam bentuk pembebasan pajak, subsidi, pengisian infrastruktur, persyaratan kandungan lokal, dan sebagainya.

Kedua, kami akan fokus pada penyediaan listrik pada transportasi umum seperti bus, kendaraan roda dua, roda tiga, dan kendaraan niaga karena hemat biaya.

Ketiga, menarik investasi asing dan kerja sama dalam produksi kendaraan listrik, produksi baterai, dan pengolahan mineral.

Keempat, memanfaatkan cadangan nikel Indonesia yang besar dengan memberikan insentif.

Dengan memberikan insentif perpajakan dan subsidi kepada produsen kendaraan listrik dan baterai, diharapkan dapat meningkatkan hilirisasi pengolahan dan kapasitas produksi baterai dan kendaraan listrik.

Dengan begitu, Indonesia bisa bersaing dengan China, Korea Selatan, dan Jepang yang memiliki teknologi dan produksi baterai yang unggul.

Kelima, mendorong kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya dan menyelaraskan standar kendaraan listrik, insentif dan infrastruktur untuk membangun pasar regional dan rantai pasokan. (Antara/jpnn)

Baca artikel lainnya… Wuling Binguo EV menyelesaikan kendaraan listrik sejauh 1300km

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *