saranginews.com, JAKARTA – Anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Timur (Kaltim) DR Irwan mengkritisi minimnya upaya pemerintah daerah dalam pengendalian banjir di Mahakam Ulu dan Kutai Barat.
Mahakam Ulu (Mahulu) sendiri dilanda banjir sejak Senin (13/5), disebut-sebut sebagai yang terparah sepanjang sejarah.
BACA JUGA: Irwan Demokrat Minta Kementerian Perhubungan pantau kesehatan bus pariwisata
Prakiraan Banjir Kabupaten Kutai Barat, Minggu (19/5/2024). ANTARA/HO-Basarnas Kalimantan Timur
Nah, Irwan menilai pemerintah tidak pernah melakukan mitigasi signifikan dan lebih memilih fokus pada pengendalian banjir nantinya.
BACA JUGA: AHY imbau para delegasi terus memperjuangkan Palestina dan perdamaian dunia
“Tidak ada pengurangan signifikan yang dilakukan pemerintah terkait penanganan banjir Mahakam Ulu-Kubar dari dulu hingga saat ini. Mereka lebih memilih mengandalkan dan fokus pada penanganan banjir nanti,” kata Irwan dalam sambutannya, Senin (20/5).
Menurut Irwan, banjir di Mahakam Ulu dan Kutai Barat (Kubar) termasuk dalam banjir tahunan, khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam dan daerah aliran sungai bagian hilir.
BACA BERIKUTNYA: Kementerian Kebudayaan Hilang dari Skenario Pertukaran Prabowo-Gibran, Artis Tertarik
Partai Demokrat mengatakan curah hujan di hulu Sungai Mahakam tinggi, dari 50 bulan menjadi 108 bulan pada periode 13-15. Mei 2024.
Oleh karena itu, ketika hujan turun untuk ketiga kalinya berturut-turut, terjadi peningkatan debit air melebihi kapasitas hulu Sungai Mahakam.
Meningkatnya debit air berpotensi membanjiri bantaran Sungai Mahakam, terutama kawasan pemukiman.
“Wilayah terdampak banjir sebagian besar terisolasi karena terdampak pemotongan konstruksi dan kurangnya komunikasi,” kata Ketua DPD Partai Demokrat Kalimantan Timur itu.
Oleh karena itu, pimpinan Bintang Pengasih Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengusulkan solusi jangka panjang di kedua bidang tersebut.
Setidaknya Irwan sudah memberikan kita pengurangan yang bisa saja di luar kendali. Pertama menggunakan konsep peringatan dini bencana dengan menggunakan citra satelit curah hujan yang bekerja sama dengan BMKG.
Pakar politik bernama Irwan Fecho mengatakan pemerintah tidak boleh membiarkan masyarakat mengetahui informasi peringatan dini bencana banjir.
Selanjutnya, merencanakan zonasi wilayah rawan banjir dan pembuatan pusat evakuasi sebagai tambahan peringatan dini banjir.
Dia mengatakan masyarakat tidak boleh panik dan harus diperbolehkan mengungsi dengan bebas selama dan setelah banjir.
Ketiga, perlunya pemaparan dan regulasi untuk mengembalikan kearifan lokal terhadap rumah panggung yang selama ini terbukti aman dari banjir.
Selain itu, putra Kalimantan Timur ini juga menyebutkan tiga pengurangan yang bisa dilakukan agar berhasil.
Pertama, membangun bendungan di Sungai Boh yang mengalir ke Sungai Mahakam berdasarkan Undang-Undang Pengelolaan Air, yang dapat berfungsi sebagai upaya pengendalian banjir.
Juru bicara DPP Partai Demokrat mengatakan, “Dana pembangunan infrastruktur bisa dibagi antara pusat dan daerah.
Kedua, menambah tinggi jalan raya yang terputus saat banjir, dan terakhir, rekonsiliasi dan pembangunan jalur hijau sepanjang sungai damai (rog/jpnn).