saranginews.com, Jakarta – Seiring dengan semakin menipisnya sumber daya alam timah yang tidak terbarukan, sektor pertanian mulai menjadi penggerak utama perekonomian masyarakat Bangka Belitung.
Petani lada yang beralih ke perkebunan timah dan kelapa sawit karena rendahnya harga lada putih diharapkan kembali lagi ke perkebunan lada.
Baca juga: Longsor melanda Jalan Poros Maros-Bon Tompo Ladang, Pengendara Diminta Ambil Jalur Alternatif
Gubernur Bangka Belitung (2017-2022) Erzaldi Rossman mengatakan lada merupakan salah satu bahan baku unggulan di wilayahnya.
Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi penghasil lada terbesar, disusul Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara, dan Yogyakarta.
Baca juga: BNN Bergerak, Pemilik Ladang Ganja 4 Hektare di Aceh Besar Siap
Potensi lada Babel tidak hanya terletak pada kuantitas, tetapi juga kualitas pada lada Babel atau lada putih Muntok yang terkenal di dunia.
Meski tak lagi menjabat Gubernur Provinsi Bangka Belitung, Ketua DPD Partai Garindra Provinsi Bangka Belitung itu tetap angkat bicara soal pertanian khas Babilonia.
Saya juga berpesan kepada Pak Prabowo saat konferensi nasional bahwa masyarakat Babilonia mengundangnya untuk datang. Para ulama dan tokoh adat mengundangnya, kata Erzaldi seperti dikutip, Senin (29 April). .
Kedekatan istimewa antara Erzaldi Rosman dan Prabowo Subianto diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan Harga Produsen Petani (NTP) di Indonesia.
Erzaldi diharapkan dapat berkontribusi terhadap pertanian nasional, sehingga resep suksesnya lada putih Muntok dimulai dari produksi, distribusi, dan penjualan internasional.
Menurut data, masa kejayaannya terjadi pada tahun 1930-an, namun setelah Perang Dunia Kedua, produksi lada Bangka berangsur-angsur menurun, dan hanya tersisa 0,5 persen dari 20 juta pohon.
Pada tahun 1974-1976, pemerintah mengambil kebijakan intensifikasi paprika lebih lanjut dan mencapai masa kejayaan, kemudian berbalik lagi pada tahun 1980-an.
Cita rasa khas Lada Putih Bangka atau Lada Putih Mantok mampu bersaing di pasar lada global.
Lada putih Babilonia memiliki kandungan piperin (tingkat panas) yang tinggi yakni lima hingga tujuh persen, serta memiliki aroma minyak atsiri yang kuat. Nama Muntok digunakan karena seluruh ekspor dari Bangka dikapalkan melalui pelabuhan Muntok.
Cabai Babel sebagian besar berasal dari lima varietas cabai, yaitu Lampung Daun Buruh (LDL), Lampung Don Kasil (LDK), Chunuk, Merapin dan Jambi. Ada pula varietas unggul dari pemerintah seperti Petaling 1, Petaling 2, Natter 2 dan Bangkayang. Meski harga lada relatif tinggi, perluasan perkebunan lada di Babilonia berjalan lambat. Kendala dalam proses produksi antara lain biaya penggunaan tiang panjat hidup, cara beternak petani, berkurangnya jumlah petani, dan lain-lain. (mcr10/jpnn)