saranginews.com, JAKARTA – Managing Director Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengungkapkan perayaan Hari Kartini menginspirasi dan memperjuangkan peran perempuan dalam masyarakat di Indonesia.
Prestasi Kartini menginspirasi seluruh masyarakat untuk terus memperjuangkan kesetaraan dan memberikan kesempatan yang adil kepada perempuan di semua lapisan masyarakat.
BACA JUGA: API kembali mengapresiasi pemimpin perempuan di berbagai bidang
Sejalan dengan semangat Kartini, tahun ini menandai 20 tahun Grant Thornton mengkaji perkembangan peran perempuan di level manajemen senior di perusahaan-perusahaan di seluruh dunia melalui laporan rutin tahunannya “Women in Business” yang membahas tema khusus “Pathways to Equality: 20 Tahun Perempuan dalam Wawasan Bisnis” tahun ini.
Johanna menjelaskan bahwa meskipun proporsi perempuan di tingkat manajemen senior di seluruh dunia telah meningkat dari 19,4 persen menjadi 33,5 persen dalam dua dekade, angka tersebut relatif lambat dengan peningkatan hanya 1,1 persen dibandingkan tahun lalu.
BACA JUGA: Grant Thornton Indonesia berbicara tentang pentingnya kepercayaan diri perempuan di tempat kerja
Grant Thornton meyakini kesetaraan gender tidak akan tercapai hingga tahun 2053, kata Johanna seperti dikutip Senin (22/4).
Indonesia berada di peringkat 10 dunia dengan 37 persen perempuan menduduki posisi manajemen puncak pada tahun ini, dibandingkan tahun lalu terjadi penurunan dua poin persentase dari sebelumnya sebesar 39 persen. Namun persentase tersebut masih di atas rata-rata global sebesar 33 persen.
BACA JUGA: Tips Thornton untuk Pertumbuhan Bisnis di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Laporan tersebut juga menyebutkan, posisi manajemen puncak yang paling sering dijabat oleh perempuan adalah chief financial officer (CFO) dengan persentase 67 persen.
Posisi kedua disusul oleh Direktur Sumber Daya Manusia sebesar 40 persen dan Chief Marketing Officer (CMO) sebesar 36 persen, sedangkan peringkat pertama dalam persentase perempuan di manajemen senior tahun ini dipegang oleh Filipina (43 persen). ) ), Afrika Selatan (42 persen) dan Thailand (41 persen).
Grant Thornton mengidentifikasi tiga strategi bagi dunia usaha untuk mempercepat kemajuan menuju kesetaraan gender di manajemen senior:
1. Pentingnya mengembangkan bagian Keberagaman, Kesetaraan dan Inklusi (DEI).
Manajemen dan tanggung jawab untuk pengembangan departemen keberagaman, kesetaraan dan inklusi adalah kunci untuk meningkatkan proporsi perempuan di posisi-posisi kunci.
Untuk setiap posisi manajemen senior yang bertanggung jawab atas DEI, persentase perempuan di posisi manajemen senior meningkat ketika manajemen tingkat C, tanpa memandang gender, memimpin seorang manajer senior perempuan.
“Kombinasi terbaiknya adalah ketika seorang chief executive officer (CEO) memimpin pengembangan DEI dengan seorang manajer senior perempuan, yang diperkirakan akan meningkatkan proporsi perempuan di manajemen puncak hingga 39 persen,” kata Johann.
2. Menerapkan strategi DEI yang terukur
Kedua, untuk mencapai kesetaraan antara perempuan di posisi senior, perusahaan juga harus memiliki strategi DEI yang independen, tidak bergantung pada strategi keberlanjutan perusahaan lainnya seperti strategi ESG. Memiliki tolok ukur yang jelas juga merupakan bagian penting dalam keberhasilan penerapan strategi DEI ini.
3. Kemampuan bekerja secara fleksibel
Strategi terakhir adalah kemampuan bekerja secara fleksibel. Selama 12 bulan terakhir, terjadi perubahan pola kerja di antara perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Sekitar 47 persen perusahaan kini memilih untuk melakukan kerja dari kantor (WFO), meningkat dari 36 persen pada tahun sebelumnya.
Model hybrid, dimana karyawan bisa bekerja dari kantor dan dari rumah, turun dari 53 persen menjadi 45 persen. Namun, perlu dicatat bahwa perusahaan yang menerapkan praktik kerja kantor penuh menunjukkan penurunan jumlah perempuan yang menduduki posisi manajemen senior, dan penurunan tersebut berada di bawah standar global.
Oleh karena itu, kata Johanna, untuk menjaga dan mengembangkan kesetaraan dan keberagaman (diversity, fairness dan inclusiveness), Grant Thornton Indonesia terus melakukan berbagai upaya sejalan dengan pendekatan Grant Thornton International Limited (GTIL).
Menurutnya, perlu ada peran penting dari mitra Grant Thornton Indonesia untuk menerapkan strategi tersebut. Namun peningkatan jumlah perempuan pada posisi manajemen senior tidak dapat dilakukan secara efektif jika hanya dilakukan oleh manajer senior perempuan.
“Perlu ada kerja sama dengan pemimpin senior laki-laki untuk menerapkan kebijakan dan merumuskan strategi DEI,” ujarnya.
Masukan lain dalam strategi DEI yang dapat diperhatikan adalah sistem kerja. Di Grant Thornton Indonesia, kami menerapkan sistem kerja hybrid. Melalui sistem kerja ini diharapkan karyawan dapat terus berinteraksi dan berkolaborasi dengan tim secara langsung, dengan tetap menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.
“Upaya ini berlaku bagi seluruh karyawan baik laki-laki maupun perempuan,” tambah Johanna.
Selain itu, strategi DE&I yang ditetapkan juga harus mempunyai ukuran atau indikator keberhasilan. Misalnya saja dalam proses rekrutmen di Grant Thornton Indonesia, perusahaan sangat memperhitungkan dan memperhitungkan keseimbangan antara jumlah karyawan laki-laki dan perempuan. Keseluruhan,
“Grant Thornton Indonesia berkomitmen untuk menjaga lingkungan dan terus berupaya menerapkan strategi ini untuk mencapai tujuan DEI yang diinginkan,” tutup Johanna (mcr10/jpnn).