saranginews.com, JAKARTA – Kekurangan guru semakin meningkat, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara lain. Berkurangnya jumlah guru disebabkan karena profesi tersebut dinilai kurang menjanjikan dan kurang berbahaya.
Oleh karena itu, kami (PGRI dan Education International yang merupakan organisasi guru kelas dunia) prihatin dengan kondisi guru saat ini. Profesi ini semakin banyak ditinggalkan, karena sudah tidak ada lagi minat banyak orang untuk menjadi guru, kata ketua. dari grup. Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd., pada Seminar Internasional Akses Pendidikan yang Didanai Pemerintah di Gedung Guru PGRI, Jakarta, Kamis (25/4).
BACA JUGA: Menteri Anas kembali singgung PPPK paruh waktu, 20% dari tarif guru swasta
Ia mengatakan, beban guru memang berat, namun tidak diimbangi dengan keistimewaan dan perlindungan, sehingga profesi ini semakin dihindari oleh kaum milenial. Situasi ini semakin memprihatinkan jika tidak ada kemajuan dari pemerintah.
Di Indonesia, Prof. Unifah, jumlah guru yang disegani masih tinggi. Pemerintah baru saja mengangkat lebih dari 500 ribu guru honorer untuk menjadi pegawai negeri dengan perjanjian kerja (PPPK) dari kebutuhan 1,2 juta guru ASN.
BACA JUGA: Wakil Rakyat Tawarkan Solusi Soal Penempatan Guru PPPK, Semudah Itu?
Oleh karena itu, PGRI sebagai satu-satunya anggota Education International di Indonesia meminta pemerintah segera mengangkat guru honorer menjadi ASN PPPK dan PNS.
Menurut Ny. Uni harus ikut rekrutmen PPPK, sapaan akrab Guru Besar Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dengan penguatan status dan keistimewaan.
BACA JUGA: Selain TPG, Guru PPPK Dapat Penghasilan Tambahan, Alhamdulillah Dirapel
Salah satunya adalah perpanjangan otomatis batas usia pensiun (BUP) 60 tahun, bukan sistem kontrak tahunan.
Selain itu, pemerintah harus membuka rekrutmen guru CPNS. Jangan asal memberikan format CPNS ke tenaga kesehatan, malah guru yang dipindahkan ke PPPK.
“Mengajar harus menjadi profesi yang aman dan menjanjikan sehingga tidak ada yang terpikir untuk berpindah profesi,” ujarnya.
Sebagai guru terpandang yang gajinya lebih rendah dibandingkan pekerja, mereka lebih menitipkan minatnya pada generasi milenial. Ironisnya, mereka yang sudah menjadi guru pun memilih berhenti dan beralih ke profesi lain.
Situasi ini, Ny. Uni mengatakan, hal tersebut harus segera diselesaikan sebelum terjadi krisis pendidikan.
Oleh karena itu, kami meminta pemerintah untuk meningkatkan secara signifikan status guru honorer menjadi ASN. Berikan perlindungan hukum kepada guru dan tingkatkan manfaatnya, tutupnya. (esy/jpnn)