FIF Group dan Universitas Parahyangan Meluncurkan Score FLS

saranginews.com – BANDUNG – PT Federal International Finance Corporation (FIFGROUP) berkolaborasi dengan Universitas Parahiangan (UNPAR) untuk menciptakan bisnis yang kompetitif dan bertanggung jawab (SCORE) dan financing skill (FLS).

Program ini merupakan kontrak pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui sekolah.

BACA JUGA: Laba bersih FIFGroup tembus Rp 30 triliun pada Q3 2023, naik 30,9 persen

Dimulainya Program FLS SCORE di Ruang Audio Visual FISIP Lantai 1 Gedung FISIP Universitas Parahiangan Bandung pada Selasa (23/4) dengan tema “Grow Your Business for Your Success”.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bandung Dindin Sjahidin mengatakan, para pengusaha harus bisa beradaptasi dengan situasi saat ini.

BACA LEBIH LANJUT: Dorong perlindungan lingkungan, FIFGROUP hadirkan #SatuNafas Challenge di IMOS+ 2023

“Dinas Kemitraan UMKM sangat merasakan manfaat dari program SCORE FLS untuk membantu memberikan konsultasi dan bimbingan kepada UMKM Kabupaten Bandung serta memberdayakan pemangku kepentingan UMKM untuk berkembang melalui inovasi yang berdampak pada pertumbuhan usaha,” kata Dindin.

Sementara itu, Kepala Divisi Keuangan Mikro FIFGROUP Cicilia Tri Hapsariningtias mengatakan FIFGROUP melalui layanan FINATRA selalu berkomitmen mendukung perkembangan UMKM Indonesia.

BACA JUGA: Sebagai sponsor platinum, FIFGROUP menawarkan banyak promosi spesial selama IMOS+ 2023.

“Kami tidak hanya memberikan modal usaha, tapi juga memberikan berbagai ilmu dan peningkatan kapasitas bagi para pelaku UMKM,” kata Cicilia.

Sebanyak 50 UMKM di wilayah Bandung mengikuti program inkubasi bisnis tersebut. Peserta mendapatkan pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan usaha dan daya saingnya.

Senior Analyst Microfinance Partnership and Marketing Development FIFGROUP Riezki Candra Novariz menjelaskan, kerja sama dengan UMKM dapat mengoptimalkan banyak aktivitas dalam membangun bisnisnya.

“Dengan bermitra bersama UNPAR, UMKM dapat memanfaatkan seluruh kegiatan dan manfaat yang kami tawarkan, mulai dari lapangan kerja, pelatihan, hingga promosi usaha. Ini merupakan peluang emas yang tidak boleh dilewatkan,” kata Rijecki yang kemudian menandai dimulainya kerjasama tersebut. program SKOR FLS. Mulailah dengan ketukan gong.

Sebagai salah satu program dari program SCORE FLS Kick Off, diadakan seminar yang diharapkan dapat menjadi bahan diskusi bagi UMKM dalam membangun bisnisnya.

Sebagai pembicara terdapat Riezki Candra Novariz, Denny Siarief selaku ketua Persatuan Pengusaha Mandiri Kars (PPKM), Devi Amoe selaku alumni program SCORE dan pemilik brand Amoe Decoucraft serta Nina Septina selaku project manager UNPAR dan Pelatih SKOR.

Menurut Rijecki, dua permasalahan utama yang dihadapi pelaku UMKM adalah permodalan dan pemasaran. Banyak UMKM yang kesulitan dalam meningkatkan usahanya dengan mengembangkan usahanya.

“FINATRA juga mendukung pertumbuhan UMKM dengan memilih solusi pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan permodalan untuk pertumbuhan usaha. “Selain itu, kami juga menyadari komitmen kami dalam mendukung UMKM dengan mengadakan berbagai program literasi, salah satunya melalui program SCORE FLS agar UMKM dapat berkembang di kelas,” kata Rijecki.

Sementara menurut Nina Septina, UMKM harus dilibatkan dalam berbagai kegiatan untuk memajukan ilmu pengetahuan di industri.

“Kegiatan kajian seperti ini yang dilakukan saat ini hendaknya diikutsertakan dalam UMKM yang ingin berkembang.” Namun yang perlu diperhatikan adalah UMKM mengikuti ilmu yang diperolehnya, sehingga kajian-kajian yang dilakukannya tidak ada gunanya, kata Nina.

Devi Amoe, selaku salah satu peserta program serupa mengaku, di antara pelatihan yang diikutinya, SCORE FLS menjadi salah satu program yang memberikan dampak paling besar bagi dirinya.

“Program SCORE FLS sangat berbeda dengan banyak program yang pernah saya ikuti, guru yang berasal dari guru sudah jelas pemahamannya dan tidak ada dukungan, dan model pengajarannya berguna untuk saya gunakan dalam pekerjaan yang saya pimpin,” Devi dikatakan. .

Dalam pandangan Danny Sjarief, sebagian besar UMKM kini masih berpegang pada cara berbisnis yang lama.

Hal inilah yang menyebabkan banyak pelaku UMKM yang tidak berkembang.

“Salah satu permasalahan pelaku UMKM adalah tetap berada di zona nyaman. Keengganan untuk berubah dan lebih memilih berpegang pada cara-cara lama.

“Sementara itu, dunia sedang berubah, perilaku bisnis juga berubah.” Oleh karena itu, Anda harus bisa beradaptasi dengan selalu memperbarui ilmu agar bisnis Anda bisa bertahan dan berkembang,” kata Danny (*/jpnn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *