Frans Go: Potensi Ekonomi NTT Cukup Besar, Harus jadi Daya Tarik Investasi

saranginews.com – SEMARANG – Direktur Komunitas Kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) Fransiscus Go mengatakan NTT memiliki potensi ekonomi yang besar dengan berbagai produk seperti kopi, coklat, tebu, dan perikanan.

Ia mengapresiasi NTT juga memiliki tempat wisata seperti Pulau Komodo, Taman Nasional Kelimutu, dan pantai-pantai indah.

BACA JUGA: Membangun peradaban ekologis

Hal itu diungkapkan Fransiscus Go saat menjadi pembicara pada konferensi bertajuk “SCU untuk Indonesia: Menggali Potensi Daerah Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan di Indonesia Timur (Maluku & NTT) yang diselenggarakan Universitas Katolik Soegijapranata (SCU) pada Selasa (4/ 30). ) di Teater Thomas Aquinas Kampus 1 SCU Bendan, Kecamatan Gajahmungkur, Semarang, Jawa Tengah.

Turut hadir dalam konferensi tersebut Asisten I Bidang Pemerintahan dan Sosial Kabupaten Maluku Tengah Silviana Mattemmu, akademisi Vrije Universiteit Amsterdam Prof. Dr. Fridus Steijlen, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Trihoni Nalesti Dewi.

BACA JUGA: Peran Generasi Muda Atasi Krisis Pangan

Beberapa guru besar dari SCU turut hadir, di antaranya Guru Besar Fakultas Teknik Dr. Leonardus Heru Pratomo yang juga berkesempatan memberikan pendidikan kelistrikan yang benar kepada para guru BLT Don Bosco.

Pelatihan kejuruan bagi lulusan sekolah juga telah dimulai di Tambolaka, Sumba barat daya.

BACA JUGA: Membangun pendidikan Indonesia dari timur

Fransiscus Go yang juga pengamat pendidikan dan ketenagakerjaan mengatakan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2021, NTT menjadi sektor dengan angka tertinggi di Indonesia yakni mencapai 37,8 persen.

Indeks Pembangunan Manusia di provinsi ini hanya mencapai 65,28 dan menduduki peringkat ke-32 dari 34 provinsi di Indonesia.

Sosok yang digadang-gadang menjadi salah satu calon gubernur NTT ini mengatakan, masih terdapat tantangan dari sisi infrastruktur dan aksesibilitas di berbagai wilayah NTT, terutama di daerah terpencil dan pulau-pulau kecil.

Selain itu permasalahan lingkungan hidup yang menyebabkan kekurangan air, permasalahan kesehatan dan pendidikan, permasalahan ekonomi dan ketenagakerjaan, serta permasalahan sosial budaya yang menyebabkan kemiskinan dan kesenjangan, bahkan meningkatnya perdagangan manusia.

Oleh karena itu, sektor tersebut harus memiliki magnet yang menarik investor agar pembangunan berkelanjutan dapat dilaksanakan.

“Investasi ramah lingkungan akan membangun ketahanan masyarakat dan menjadi pendorong peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan perekonomian,” kata Fransiscus Go.

Hal senada juga diungkapkan pengusaha yang berinvestasi di NTT dan Maluku ini.

Ia meyakini perekonomian Maluku saat ini bergantung pada sektor pertanian (seperti kelapa, cengkeh, pala) dan perikanan.

Alumni Lemhanas PPRA Kelas 49 yang akrab disapa Frans Go ini mengatakan, infrastruktur, khususnya di luar ibu kota Ambon, masih perlu pembangunan, terutama akses transportasi dan akses listrik.

Namun, lanjut Frans, pariwisata di Maluku juga berkembang, apalagi dengan potensi alamnya yang indah seperti pantai, pulau-pulau kecil, dan keanekaragaman hayati bawah laut.

“Untuk itu perlu diciptakan program-program lanjutan bagi NTT dan Maluku, seperti pembangunan infrastruktur, pembangunan dan perbaikan jaringan jalan, pelabuhan, dan bandara untuk meningkatkan aksesibilitas, membangun dan memelihara sistem ketenagalistrikan yang andal sehingga dapat menunjang operasional perekonomian, yaitu memungkinkan pengembangan. kategori produk yang lebih baik dengan memfasilitasi akses pasar dan sumber bahan,” kata Frans Go.

Kemudian mendukung pembangunan dengan meningkatkan akses terhadap destinasi pariwisata, menciptakan kondisi yang lebih baik bagi pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan, serta menyediakan infrastruktur yang memadai untuk meningkatkan daya tarik investasi, lanjutnya.

Menurut Frans Go, Rektor SCU Prof. Ferdinandus Hindiarto mengatakan, pihaknya terus mendorong lembaga yang dipimpinnya untuk terus mengobarkan semangat Talenta Pro Patria et Humanitate di Indonesia bagian timur.

“Ini merupakan penegasan kuat atas misi kami melakukan penelitian dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Menyebarluaskan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan,” kata Ferdinandus Hindiarto.

SCU, kata Hindiarto, banyak melakukan penelitian dan program pengabdian kepada masyarakat di wilayah timur Indonesia, khususnya di wilayah Maluku dan NTT.

Beberapa di antaranya adalah penguatan kelembagaan adat, rekonsiliasi pasca konflik, konservasi benda budaya dan simbol-simbol tradisional. (sam/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *