saranginews.com, JAKARTA – Platform kekayaan Amartha ikut serta dalam acara Money 20/20 di Bangkok, Thailand.
Pada Konferensi Teknologi Finansial, Andi Taufan Garuda Putra, pendiri dan CEO Amartha, mengungkapkan bahwa inovasi teknologi dan literasi keuangan inklusif merupakan kunci untuk meningkatkan daya saing usaha mikro Indonesia di Asia Tenggara.
BACA JUGA: CEO Indodax: TPPU dengan Aset Kripto sebenarnya mudah dilacak
Asia Tenggara adalah rumah bagi jutaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), yang menyumbang hingga 40% perekonomian kawasan.
Usaha mikro menyumbang hingga 94% dari total jumlah UMKM dan berperan penting sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara seperti Indonesia dan Thailand.
BACA JUGA: ’13 Bombs In Jakarta’ yang baru rilis jadi film favorit Netflix
Amartha memainkan peran penting dalam menyediakan layanan yang mudah diakses oleh segmen yang kurang terlayani dimana pinjaman usaha mikro dan layanan fintech lending mencakup lebih dari usaha menengah.
Perjalanan menuju akses permodalan yang inklusif bagi usaha mikro juga dibarengi dengan tren peningkatan investasi.
BACA JUGA: Laporan Tahunan Tokyo MoU 2023: BKI Berhasil Dukung Kategori RO Berkinerja Tinggi
Asia Tenggara, khususnya Indonesia, saat ini menjadi tujuan investasi berdampak, yang memungkinkan investor dan institusi global mendiversifikasi portofolio mereka di pasar negara berkembang dan berkontribusi terhadap dampak sosial di masyarakat.
Pada periode 2020-2022, impact investor menginvestasikan lebih dari 67% dari total modal yang ditanamkan di Asia Tenggara dalam periode 10 tahun sebelumnya dari tahun 2007 hingga 2016, yang menunjukkan adanya percepatan tren impactinvesting di wilayah tersebut.
“Kondisi geografis yang luas selalu menjadi fokus utama untuk menjamin akses permodalan yang adil bagi usaha mikro di Indonesia. Salah satu permasalahannya adalah distribusi modal yang tidak merata di luar Pulau Jawa. Sebagai penyedia layanan keuangan digital yang inklusif, Amartha tetap berkomitmen untuk memberikan teknologi terbaik yang relevan dan ramah pengguna kepada bisnis mikro-commerce tradisional, sehingga memungkinkan mereka mewujudkan potensinya.” ujar Andi Taufan Garuda Putra, Pendiri dan CEO Amartha.
Untuk memastikan inklusivitas, Amartha telah menciptakan infrastruktur keuangan digital yang menghubungkan usaha mikro di kota-kota Tier 2 dan 3 di luar Jawa, menawarkan model pembiayaan dan pinjaman terintegrasi baik dari sektor institusi maupun ritel.
Hal ini memungkinkan peminjam untuk mengakses modal kerja secara efisien.
Selain itu, infrastruktur mereka menyediakan layanan pembayaran dan sistem penilaian kredit internal, menjadikannya platform keuangan mikro paling terintegrasi untuk segmen massal di Indonesia.
Untuk memberikan akses yang lebih besar terhadap permodalan, Amartha menggunakan agen lokal tanpa cabang yang memberdayakan mitra bisnis lokal di daerah pedesaan dengan menawarkan layanan keuangan digital seperti transfer peer-to-peer, tabungan mikro, dan pembayaran tagihan.
Produk-produk strategis ini memperluas layanan keuangan dasar kepada pengusaha mikro. Melalui pendekatan ini, Amartha aktif mendorong literasi digital dan keuangan dengan menempatkan agen-agen lokal di pedesaan.
Selain membahas tantangan dan upaya memaksimalkan potensi ekonomi akar rumput di Asia Tenggara, salah satu tema yang dibahas dalam acara Money 20/20 adalah bagaimana jalan menuju akses permodalan yang inklusif bagi usaha mikro juga dibarengi dengan tren yang berkembang menuju investasi berdampak.
Tingginya tren investasi dan konsistennya pengenalan inovasi teknologi yang relevan membuat Amartha memperoleh imbal hasil yang baik selama tiga tahun terakhir.
Dengan tren pertumbuhan positif ini, Amartha semakin memperkuat komitmennya untuk mendorong popularitas investasi di Indonesia (chi/jpnn).