Partisipasi Festival Islam Kepulauan di Belanda, Kemenag Ulas Peran Penghulu di Era Modern

saranginews.com, JAKARTA – Perwakilan Kementerian Agama mengikuti sesi bedah buku pada Festival Islam Kepulauan yang diselenggarakan oleh eksekutif Bagian Khusus Nahdlatul Ulama (PC INU) Belanda.

Kasubdit Pemahaman Agama Islam dan Manajemen Konflik Kementerian Agama Dedi Slamet Riyazi turut ambil bagian dalam acara ini.

BACA JUGA: Kemenag gandeng Pengulu dan penyuluh sebagai aktivis penyelesaian konflik

Dedi Slamet Riyazi adalah penerjemah Terjebak di Antara Tiga Kebakaran: Penghuli Muda di Bawah Pemerintahan Kolonial Belanda 1882-1942 ke dalam bahasa Indonesia.

BACA JUGA: Akhirnya, sebanyak 3.641 kuota usulan pelatihan Penghulu 2024 telah disetujui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Dedi mewakili Direktur Jenderal Bimas Islam Qamaruddin Amin dalam acara tersebut dan membahas peran serta tantangan yang dihadapi para pemimpin di era modern.

Dedi mengatakan, kepala berperan penting dalam meningkatkan kualitas keluarga Indonesia di zaman modern. Ia mengatakan, Kapolri turut aktif dalam menyelesaikan permasalahan sosial seperti perkawinan anak dan penurunan angka stunting.

BACA JUGA: Menag Yakut: 10 tahun lagi darurat bagi Indonesia Penguli

“Di era modern ini, kepala negara mempunyai tanggung jawab yang besar. Dedi mengatakan di sela-sela konferensi IIAS di Universitas Leiden, Leiden, Belanda, “Mereka terus aktif mengatasi permasalahan sosial seperti pernikahan anak dan penurunan stunting sebagai upaya meningkatkan kualitas keluarga di Indonesia. Jumat.( 05/10/2024).

Namun, tambah Dedi, para pemimpin saat ini juga menghadapi permasalahan yang lebih besar dan kompleks dibandingkan pada masa kolonial.

Oleh karena itu, Dedi berharap para pengelola dapat terus meningkatkan keterampilan dan pengalamannya.

“Dulu kewenangan mereka dibatasi oleh pemerintah kolonial dan mereka tidak mendapat gaji dan keterampilan yang memadai; kini mereka dituntut tidak hanya menguasai keterampilan kepemimpinan, tetapi juga aktif dalam upaya penguatan sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat. . “, dia berkata.

Secara terpisah, Guru Besar Kajian Islam Asia Tenggara Niko Kaptein menambahkan, pangeran memegang peranan penting dalam sejarah kerajaan Islam.

Menurutnya, ketua tidak hanya mengatur urusan perkawinan umat Islam saja, namun juga berperan sebagai hakim atau hakim yang mengadili perkara perdata dan pidana berdasarkan hukum Islam.

“Di era kerajaan Islam, pangeran mempunyai peranan dan kedudukan yang penting. Mereka tidak hanya bertanggung jawab terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan Islam saja. Selain itu, mereka juga berperan sebagai hakim atau hakim yang mengadili perkara perdata dan pidana berdasarkan hukum Islam, jelasnya.

Meski, lanjutnya, pada masa penjajahan Belanda, kewenangan dan tanggung jawab kepala suku lambat laun dibatasi.

“Pada masa kolonial, kekuasaan kepala suku dibatasi oleh Belanda. “Pembentukan Pristeraad atau Raad Religius pada tahun 1882 merupakan upaya adaptasi terhadap birokrasi kolonial,” kata Nico Kaptein.

Komentar Niko mengacu pada buku Muhammad Hiyyam Terjebak di Antara Tiga Kebakaran: Pemuda Pengul di Bawah Pemerintahan Kolonial Belanda 1882-1942 yang membahas tentang peran Pengul dalam pemberdayaan masyarakat dan perkembangan pendidikan Islam pada masa penjajahan.

Seperti diketahui, Festival Islam Kepulauan yang digelar pada 1-20 Mei 2024 di beberapa kota di Belanda, tak hanya mengikuti peran Penguli, namun juga merayakan puisi sufi Jawa, khususnya Suluk, yang menggambarkan. mistik perjalanan.

Karya-karya tersebut banyak dilestarikan di Belanda pasca-Soviet dan juga menjadi daya tarik tersendiri dalam festival-festival untuk meningkatkan pemahaman tentang budaya dan sejarah Islam di nusantara. (flo/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *