saranginews.com, PALEMBANG – Tim gabungan menangkap Suganda, 31 tahun, pelaku pembunuhan ibu dan anak di Macan Lindungan Palembang, ditangkap, Selasa (16/4/2024) di wilayah hukum Sukarami Palembang. POLISI.
Informasi yang diterima awalnya Suganda berencana membunuh suami korban Anung, 41 tahun, dengan membawa senjata tajam (satu jam) dari kosnya.
Baca juga: Polisi Buka Kasus Dugaan Pembunuhan di Kendari, Pelakunya Tak Terduga
Kapolrestabes Palembang Harryo Sugihhartono mengatakan, Rabu (17/4/2024) “Niat awal tersangka hendak mendatangi rumah korban untuk menemui Anung, suami korban, namun Anung tidak ada.”
Saat Harryo tiba di rumah Anung, terjadi adu mulut antara tersangka dan korban.
Baca Juga: Pembunuhan Ibu dan Anak di Palembang Akhirnya Tertangkap
Adu mulut tersebut membuat tersangka marah dan akhirnya kehilangan akal sehat hingga membunuh korban dan anaknya,” kata Harryo.
Tersangka membunuh korban Wasilah dengan tangan kosong.
Baca Juga: Anong, Suami dan Ayah Korban Pembunuhan Palambang Minta Pelaku Dihukum Seberat-beratnya
“Wisatawan ini dibawa tersangka dari depan rumah korban,” jelas Harryo.
Anak korban dibunuh karena tersangka menggunakan pisau yang dibawa tersangka.
Tersangka ini sedang menunggu istri korban kembali, karena korban Farah meminta bantuan ayahnya melalui telepon, jelas Harryo.
Namun niat tersangka tidak terkabul karena suami korban mendatangi publik.
Sementara itu, tersangka Pak Sukanda mengaku saat melihat Pak Anong pulang, ia langsung lari keluar pintu belakang.
“Saya ingin membunuh Anong, namun saat saya melihatnya pulang bersama teman-temannya, niat itu saya urungkan dan memilih kabur,” kata Sukanda.
Sebelumnya, karena gaji Rp 150.000 yang dijanjikan suami korban, Suganda menjadi motif pembunuhan. Wasilah, 40 tahun, dan putrinya Farah Atika, 16 tahun.
“Saya marah pada istri saya karena gaji saya dan ketika saya datang ke rumah saya bertemu suaminya,” kata Suganda.
Suganda melanjutkan, “Mereka mengajak saya bekerja di kontrak penebangan pohon, dan jika saya ikut, saya akan mendapat gaji Rp 150.000”.
Kemudian, kata Suganda, orang tuanya memberi tahu bahwa ia hanya mendapat gaji sebesar Rp 1,5 juta.
“Padahal kita sepakati Rp 3 juta dari keseluruhan kontrak penebangan kayu, karena masalah gaji tidak jelas dan ketika saya tanya tidak ada yang jelas, sehingga saya kecewa dan patah hati,” jelas Sukanda.
Sebelum mendatangi rumah korban, Sukanda mengaku membawa pisau berwarna hijau.
“Saya datang bersama teman yang berinisial Hn, tugasnya hanya memantau dari luar,” pungkas Suganda. (mcr35/jpnn)