saranginews.com, BOGOR – Ketersediaan teknologi blockchain telah mentransformasi infrastruktur industri global, terutama dalam menghadapi ketidakstabilan ekonomi yang sedang berlangsung.
Tirta Karma Senjaya, Kepala Kantor Pengembangan Perdagangan Masa Depan Bappebti, mengatakan penyebaran pandemi COVID-19 menjadi kekuatan utama dalam percepatan era digital.
Baca selengkapnya: CEO INDODAX: Indonesia mempunyai peluang besar untuk mengembangkan industri cryptocurrency
“Pada masa penyebaran penyakit Covid-19, penggunaan teknologi digital meningkat secara signifikan. Sistem Internet juga berubah menjadi Web3. Selain itu, kecepatan internet Indonesia berada di peringkat 8 Asia Tenggara. “Untuk itulah pemerintah kini aktif mendorong perkembangan ekonomi digital,” kata Tirta dalam acara INDODAX Goes to Campus IBI Kesatuan Bogor.
Tirta juga mengatakan ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$146 miliar pada tahun 2025, menjadikannya negara terbesar di Asia Tenggara, menurut data Google.
Baca Juga: Bebaskan Pekerja dari Perbudakan Pinjol, Aplikasi Ayo Kasbon Bisa Jadi Solusinya
Oleh karena itu, pemerintah menjadikan perdagangan mata uang kripto sebagai salah satu strategi utama untuk mempercepat, mewujudkan, dan mendorong upaya Indonesia mengembangkan ekonomi digital pada tahun 2030, kata Tirta.
Sementara itu, CEO INDODAX Oscar Darmawan mengatakan bahwa teknologi blockchain berpotensi mengubah paradigma di berbagai industri dengan memberikan transparansi, keamanan, dan efisiensi yang belum pernah ada sebelumnya.
Baca selengkapnya: Kuartal I 2024, Bank Jatim menunjukkan kinerja yang sangat baik
“Dengan menerapkan teknologi blockchain, industri akan menjadi lebih terintegrasi dan memungkinkan masyarakat melakukan pekerjaannya dengan mudah, cepat, dan transparan. Teknologi ini juga memiliki keunggulan desentralisasi sehingga tahan terhadap serangan cyber. Misalnya saja jika salah satu server blockchain diserang. , sistem bisa ditransfer ke server lain. bisa lolos,” jelas Oskar.
Contoh produk yang menggunakan teknologi blockchain adalah Bitcoin dan Ethereum.
Bitcoin adalah mata uang kripto yang paling sederhana. Bitcoin juga sering disebut emas digital karena harganya ditentukan oleh penawaran dan permintaan.
Oleh karena itu, Bitcoin dianggap sebagai aset yang aman di tengah ketidakstabilan ekonomi global saat ini. Pada saat yang sama, Ethereum awalnya diciptakan bukan sebagai mata uang, tetapi sebagai sistem operasi untuk aplikasi terdesentralisasi.
“Misalnya, jika sebuah platform media sosial didukung oleh teknologi blockchain, maka platform media sosial tersebut dapat memberikan pengguna kepemilikan langsung atas konten yang mereka hasilkan,” jelas Oscar.
Kini, Bitcoin dan Ethereum juga diakui sebagai komoditas global dengan diluncurkannya Bitcoin dan Ethereum Spot ETF di AS dan Hong Kong.
Profesor Bambang Pamungkas, Rektor IBI Unity, mengatakan bahwa teknologi blockchain dan perkembangan aset kripto telah membawa inovasi yang mendisrupsi industri.
Selain itu, teknologi blockchain dan cryptocurrency juga diakui mempunyai potensi besar sebagai aset berharga di masa depan.
“Meskipun ada banyak aspek positif dari teknologi blockchain dan mata uang kripto, kehati-hatian juga penting. Berinvestasi di bidang ini memerlukan pemahaman mendalam dan strategi yang hebat,” kata Bambang.