Amaq Sinta, Sendirian Taklukkan Kawanan Begal, Tak Luka Ditebas Parang

saranginews.com – Warga Nusa Tenggara Barat (NTB) bernama Murtede bernama Amaq Sinta menarik perhatian banyak orang. Keberaniannya melawan penjahat membuatnya mendapat pujian publik, namun nyatanya polisi menetapkannya sebagai tersangka pembunuhan.

Laporan Ahmad Sakurniawan, Lombok Tengah

UPDATE: Dalam perkara SP3, Amaq Sinta menyampaikan kalimat tersebut kepada polisi dan masyarakat

Hari baru saja berganti ketika Amaq Sinta menyalakan sepeda motornya pada Minggu pagi (4/10). Warga Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, NTB ini hendak membawakan makanan untuk ibunya yang dirawat di rumah sakit.

“Ibu saya dirawat di Lombok Timur,” ujarnya baru-baru ini kepada GenPI.co.

BACA JUGA: Begini Nasib 2 Pencuri yang Takut Mati di Tangan Amaq Sinta, Simak Hasilnya!

Amaq Sinta membawakan nasi dan air hangat. Tersangka berusia 34 tahun itu mengemas makanan sahur untuk kerabatnya yang menunggu ibunya di rumah sakit.

Saat itu jam menunjukkan pukul 00:30 WITA. Sebelum berangkat, Amaq membawa pisau untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya di jalan.

UPDATE: Amaq Sinta dibebaskan setelah membunuh pencuri, kata tim kuasa hukum

Segera setelah itu, Amaq pergi. Syahdan, saat tiba di jalan dari Desa Ganti menuju Lombok Timur, pria yang berprofesi sebagai petani itu dibuntuti empat orang dengan dua sepeda motor.

Ternyata keempat orang tersebut mempunyai niat buruk. Mereka ingin meretas Amaq.

Menurut Amaq, sekelompok penjahat langsung menyerangnya dan menanyakan tujuannya.

“Saya mau ke rumah sakit,” ucap Amaq menirukan percakapannya dengan salah satu penjahat yang hendak merampoknya.

Selanjutnya salah satu pencuri bertanya tentang barang bawaan Amaq.

“Bawakan aku nasi dan air panas,” kata petani tembakau.

Sesaat kemudian, salah satu bandit berbaju hitam dengan cepat menebas Amaq dengan parang. Sebuah senjata tajam mengenai tangan almarhum.

Meski demikian, Amaq tidak patah semangat. Ia segera mengeluarkan pisau dan menikam pencuri yang menyerangnya.

Luka tusukan itu mengenai dada si pencuri. Pencuri itu terjatuh.

Perlawanan Amaq memicu intervensi penjahat lainnya. Tak lama kemudian, kedua pencuri tersebut bersekongkol, salah satu dari mereka memutuskan untuk tetap berada di sepeda motornya.

Kedua preman yang membuat plot Amaq berulang kali ditikam. Hebatnya, tidak ada satupun potongan parang yang melukai kulit Amaq.

Akibatnya, gerombolan pencuri itu mulai putus asa dan ketakutan. Mereka memilih untuk melarikan diri.

Salah satu pencuri mencoba merampas sepeda motor Amaq. Namun, korbannya pintar.

Amaq dengan pisau di tangannya menghentikan pencuri yang hendak mengambil sepeda motornya. Saat itu, dia menusukkan pisau ke tubuh pencuri.

Dua pelaku, P (30) dan OWP (21), terjatuh seketika. Dua pencuri lainnya segera melarikan diri.

Amaq mengaku berani melawan dan menikam dua kelompok pencuri tersebut karena terpaksa. Dia hanya punya dua pilihan: melawan atau kehilangan nyawa dan sepeda motornya.

“Kalau saya mati siapa yang bertanggung jawab? Jadi saya harus berjuang,” ujarnya.

Pada hari yang sama, Polsek Loteng melakukan penyelidikan di tempat kejadian perkara (TKP) setelah mendapat laporan adanya penemuan mayat di jalan Desa Ganti. Namun polisi baru memeriksa Amaq hingga Selasa (4/12).

Namun, Amaq segera menyandang status tersangka pembunuhan. Belakangan, dia ditahan di Penthouse Polisi.

Sifat dugaan Amaq menuai protes, apalagi polisi menjeratnya dengan Pasal 338 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Warga sekitar dan mahasiswa pun menggelar aksi unjuk rasa di Mapolres Loteng pada Rabu (13/4) mempertanyakan tindakan polisi tersebut. Cerita tentang Amaq segera menyebar ke seluruh negeri.

Banyak kalangan, termasuk anggota DPR dan aktivis hukum, mempertanyakan sifat tersangka yang membela diri dari perampokan tersebut.

Kabareskrim Polri Komisaris Jenderal Agus Andrianto pun turun tangan. Kapolri meminta Polsek Loteng terus mengkaji apakah Amaq layak mendapat tindakan hukum.

Polisi Attica juga memberikan penahanan kepada Amaq. “Saya sangat berterima kasih atas kepedulian teman-teman aktivis dan awak media,” ujarnya.

Ia berharap proses hukum kasus ini tidak sampai ke pengadilan.

“Jangan ke pengadilan, saya harap mereka segera membebaskan saya,” ujarnya.

Kini banyak orang yang penasaran dengan Amaq, bahkan mengira ia tidak punya senjata tajam. Banyak netizen yang ingin membaca darinya atau meminta minyak untuk mendapatkan kekebalan.

Tidak ada minyak yang aman dari semuanya, yang ada hanya minyak goreng dan saya oleskan ke badan saya yang masih sakit akibat parang,” jelasnya. (GenPI/saranginews.com)

Berita ini tayang di GenPI.co dengan judul: Kisah Pertarungan Amaq Sinta dengan Empat Pencuri Berpisau. Jangan lewatkan pilihan video editor ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *