saranginews.com, JAKARTA – Hasil putusan PHPU di Mahkamah Konstitusi yang menyatakan tindakan Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2024 tidak bermoral masih terus didalami di banyak daerah.
Beberapa kritik ditujukan kepada keluarga Jokowi yang dianggap merusak demokrasi Indonesia demi keuntungan pribadi.
Baca juga: Indonesia akan kembali ke era otoriter jika memilih calon presiden yang anti kemerdekaan
Salah satunya Prof Didin S Damankhuri, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang menyoroti persoalan demokrasi di masa Presiden Joko Widodo.
Menurut Profesor Didin, pemilu pada masa pemerintahan Jokowi menunjukkan tanda-tanda otoritarianisme.
Baca Juga: Usai Kontroversi Karpet Merah Gibran, Profesor Didin Damankhuri Sarankan Reformasi MK
Pemerintahan sadar politik otoriter merupakan bentuk pemerintahan yang menekankan kekuasaan terhadap orang-orang tertentu.
“Dalam 10 tahun terakhir di bawah kepemimpinan Jokowi, ada tanda-tanda baru otoritarianisme dalam demokrasi dan pemilu,” kata Profesor Didin di Jakarta.
BACA JUGA: Media Sosial Ungkap Susunan Kabinet Prabowo: Tak ada satu pun opsi yang tepat
Pengamat ekonomi ini juga menyebut, pada masa pemerintahan Jokowi, ada pihak yang lebih mengutamakan kepentingan komersial.
“Rakyat tidak selalu yang paling sejahtera, tapi sekelompok kecil pemilik modal atau oligarki komersial,” tegasnya.
Komentar Presiden terpilih Prabowo Subianto pun ditanggapi Profesor Didin yang mengeluhkan proses demokrasi di Indonesia saat ini yang melelahkan, kacau, dan mahal.
Prof. Pertanyaan itu dilontarkan Didin Prabowo, mengingat saat ini ada beberapa pihak yang menginginkan presiden dipilih oleh MPR guna meredam kisruh politik dan mahalnya biaya pemilu.
“Terus kenapa? Akankah Prabowo Subianto setuju mengembalikan MPR sebagai lembaga tertinggi negara dan Presiden dipilih oleh MPR? Bukankah ini akan semakin menambah otoritarianisme? Bagaimana road map penciptaan demokrasi dan pembangunan rakyat?” – kata Profesor Didin. Jangan lewatkan video Pilihan Editor ini: