Kisah Tyas, Perempuan 25 Tahun yang Mengabdi di Pelosok Lombok

saranginews.com – Raut kebahagiaan yang terpancar dari mata Baiq Ayu Darma Ning Tyas, perempuan berusia 25 tahun di Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Ia biasa disapa Tyas.

Edi Suryansyah, Lombok Tengah

BACA JUGA: Atasi Kekurangan Tenaga Kesehatan di Daerah Terpencil, Pemkab Seruyan Usulkan Pembentukan PPPK

Tyas dan rekan-rekannya yang tergabung dalam komunitas Tastura Mengajar mengunjungi pegunungan terpencil, Gubuk Panggel, Dusun Pendem, Desa Mekarsari, Kecamatan Praya Barat.

“Orang menyebutnya panggel, (sama dengan luka), karena kalau ke sana ada lukanya,” kata Tyas. Lalu dia tersenyum.

BACA JUGA: BWA bagikan ribuan Al-Quran dan Iqra ke pelosok Maluku.

Tyas de Gubuk Pangel berjarak sekitar dua jam dari Kota Praya (Lombok tengah).

Awalnya Tyas tak menyangka Gubuk Pangel, Pendem, adalah desa terakhir di pegunungan. Ia mengira perjamuan Dusun Molo adalah yang terakhir.

BACA JUGA: 151 tenaga kesehatan Indonesia yang sehat siap bekerja di pelosok Tanah Air

“Kami kira masih ada orang di sini (Panggel Pendem),” kata Tyas.

Sesampainya di Pangel, Tyas melihat segala larangan.

“Akses, infrastruktur, minim. Dusun Bangket Molo juga lebih bagus. Akses ke Gubuk Pangel paling aman dari Bangket Molo,” ujarnya.

Perjalanan menuju Bangket Molo dari jalan utama juga membutuhkan waktu 30 menit berjalan kaki melalui jalan tanah dan berbatu.

“Kalau hujan aksesnya jelas sulit,” kata Tyas.

Di Bangket Molo terdapat sekolah satu atap (SATAP) yaitu SDN 6 Praya Barat dan SMPN 6 Praya Barat.

Kesembilan anak Gubuk Panggel bersekolah di SATAP. Mereka berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Mobil tidak dapat melintasi jalan yang dilaluinya.

“Kalau musim panas mobil masih bisa dipakai. Kalau musim hujan seperti sekarang tidak bisa sama sekali,” kata Tyas.

Bagi Tyas, perjalanan dan keseharian semacam itu bukanlah hal baru.

Selain Tastura Mengajar, akses tersebut juga pernah dimiliki oleh perempuan PGSD lulusan Universitas Mataram.

Senyuman anak-anak Gubuk Panggel pun membuat Tyas dan kawan-kawan ikut bahagia.

Naik turun bukit juga menjadi pengalaman berkesan bagi Tyas. Bertemanlah dengan alam.

Di Gubuk Pangel terdapat 19 anak yang dipimpin oleh Tastura Mengajar. Sembilan di antaranya sudah masuk SD dan SMP. Sepuluh anak berada di taman kanak-kanak.

Tyas dan kawan-kawan membuat modul pendidikan sendiri dengan orientasi menyenangkan untuk anak-anak. “Setiap kami datang, mereka siap belajar,” ujarnya.

Kunjungi Tyas cum suis sebulan sekali dan tetap positif.

Berbagai bahan ajar seperti buku dan papan tulis dibawakan kepada anak-anak.

“Tastura Mengajar berharap bisa menciptakan pojok belajar bagi mereka,” ujarnya.

“Kalau ada pojok belajar atau pojok baca pasti lebih rajin dan senang,” tambah Tyas. (mcr38/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *