saranginews.com – Jumlah generasi muda yang ingin menjadi petani semakin meningkat. AA Gede Agung Wedhatama, pemuda asal Bali yang memutuskan bertani sekitar 10 tahun lalu kini menuai kesuksesan karena kejeliannya dalam pemanfaatan teknologi dan akses terhadap listrik.
Laporan Kenny Kurnia Putra
Baca: PLN Akan Tanam 1.800 Pohon di Sumbar dan Dorong Penggunaan Pertanian Listrik
Ini bukan soal bisa atau tidak, tapi soal mau atau tidak.
Begitulah keyakinan AA Gede Agung Vedatama (38), warga Bali yang bekerja di bidang pertanian sayur dan buah.
Baca Juga: Kementan Lantik 67 Duta Petani Milenial dan Petani Tradisional
Warga Desa Gobleg di Kabupaten Gianyar Bali ini mengambil keputusan berani di usia muda, memilih menjadi petani. Bli Gung – sapaan akrabnya – mulai menekuni bidang pertanian pada tahun 2013.
Namun usaha Bli Gung merintis pertanian di desanya tidaklah mudah. “Kami tidak punya cukup air saat itu,” ujarnya kepada saranginews.com baru-baru ini.
Baca Juga: Terapkan Smart Farming, Duta Pertanian Milenial dari Negara Ekspedisi Bali
Namun Bli Gung tetap yakin dan yakin permasalahan air bisa teratasi. Solusinya muncul pada tahun 2019 melalui penggunaan pertanian cerdas.
“Kami mengambil solusi air irigasi untuk mengairi lahan. “Makanya secara bertahap kami mengembangkan smart farm hingga saat ini,” ujarnya.
Bli Gung memanfaatkan smart gardening untuk menyiram dan mengairi tanamannya. Ia menggunakan telepon atau telepon untuk menunjang usaha pertaniannya.
“Petani muda harus tanggap dan sadar terhadap perkembangan. “Dengan menggunakan tanaman pintar berupa sistem irigasi yang dikontrol Android, perangkat seluler kami menentukan kapan harus menyiram tanaman dan berapa banyak air yang dibutuhkan,” ujarnya.
Duta Petani Milenium (DPM) 2021 Kementerian Pertanian menjelaskan, pengairan yang baik berdampak pada hasil panen.
“Peternakan mengalami peningkatan dan kondisinya baik,” imbuhnya.
Gung Bli menjelaskan, smart farming bukan hanya soal teknologi, namun ada dua hal lain yang perlu dilakukan petani.
“Ada budaya cerdas, petani cerdas, dan pengetahuan teknis,” ujarnya.
Budaya cerdas berarti petani harus menjaga tradisi pertanian daerahnya.
Smart farming artinya petani harus cerdas, termasuk menjaga tanaman ramah lingkungan, bekerja selaras dengan alam, dan tidak terpaku pada satu produk saja.
“Teknologi dan angka pintar baru,” kata Bli Gung.
Lambat laun usaha Bli Gung semakin berkembang. Buah yang dipanen bisa masuk ke pasar luar negeri.
Bli Gung tidak hanya seorang petani tetapi juga seorang penjual buah-buahan. Di masa mudanya ia sukses menjadi petani dan pengusaha.
Menjadi seorang wirausaha memaksa Bli Gung memikirkan cara untuk mengurangi biaya tenaga kerja. PT PLN (Persero) mencanangkan program Elektrifikasi Pertanian atau EA pada tahun 2021, seiring dengan datangnya pepatah tercinta dari Ulam.
Bli Gung juga menggunakan EA untuk menunjang farmingnya. Memiliki EA memfasilitasi penggunaan smart farming.
Dengan EA, Bli Gung bisa menghemat biaya operasional hingga 70 persen. Dengan peningkatan efisiensi biaya tenaga kerja, produksi pohon juga meningkat tiga kali lipat.
Bli Gung Farm mampu bersaing dengan berbagai peternakan di negara lain. Hasil panen luwak, buah naga, mangga, dan salak juga telah memasuki pasar di Tiongkok, Rusia, Kamboja, Timur Tengah, dan Eropa.
Keberhasilan Bli Gung menarik minat petani lain. Sementara EA terus melakukan ekspansi ke petani lain.
“Masih berkembang. Ada sekitar 120 petani di desa kami di Desa Gobleg,” ujarnya.
Selain itu, petani di wilayah lain di Bali juga sudah menggunakan EA. “Ada di Payangan (Gianyar), Sanur (Denpasar), Karangasem,” ujarnya.
Oleh karena itu, Bli Gung mendorong petani lain untuk menggunakan EA dari PLN secara efektif. Menurut dia, PLN juga bekerja sama dengan petani dalam mengembangkan EA.
“Petani jadi lebih paham tentang elektrifikasi pertanian, sangat membantu kami. PLN sangat mendukung petani kami di Bali,” kata Bli Gung.
Selain itu, Bli Gung mengajak generasi muda untuk mencoba bertani. “Ini adalah bagian penting yang dibutuhkan masyarakat hingga akhir zaman,” ujarnya.
Elektrifikasi pertanian merupakan aspek yang sangat penting bagi sektor pertanian di negeri ini. Program yang digagas PT PLN (Persero) pada tahun 2021 ini terbukti efektif dalam memperluas dan memodernisasi sektor pertanian.
Berdasarkan data PLN, pada tahun 2021 sebanyak 156.937 petani akan menggunakan EA. Namun jumlah penggunanya meningkat menjadi 193.058 pada November 2022.
Bapak Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PT PLN (Persero), mengatakan EA merupakan program yang dirancang untuk mendorong penggunaan pembangkit listrik guna meningkatkan produktivitas petani dan peternak.
Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kebutuhan listrik tetapi juga mendukung kemandirian pangan.
Dharmawan menjelaskan, Indonesia merupakan negara agraris. Menurut keterangannya, EA yang diluncurkan PLN juga merupakan upaya mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional.
“PLN mendukung penuh tujuan ketahanan pangan nasional, sehingga kami meluncurkan program ini untuk mendukung sektor pertanian Indonesia,” ungkapnya.
Mahasiswa PhD di Texas A&M University Amerika Serikat (AS) menjelaskan, EA dirancang untuk memudahkan petani PLN. Misalnya, jaringan listrik PLN disalurkan langsung ke wilayah pertanian, perikanan, dan peternakan.
Dengan cara ini, petani tidak perlu lagi membawa kabel sendiri dari rumah ke ladang atau peternakannya.
“Dengan demikian, pengairan sawah dengan pompa air, pembunuhan hama dengan lampu perangkap atau pembakaran ternak dan lahan memerlukan pengawasan yang ketat,” kata Darmawan (Mcr8/saranginews.com). Dengarkan Pilihan Editor Video: