Viral Remaja di Klaten Sakit Karena Rokok dan Vape, Dokter Bilang Begini

saranginews.com, Jakarta – Rico Thomas, remaja 18 tahun asal Klaten, Jawa Tengah, harus dirawat di rumah sakit karena merokok dan vaping sejak ia berusia 11 tahun.

Pakar kesehatan dr Tri Budhi menanggapi permasalahan ini.

Baca Juga: Buruk! 733% anak-anak dirawat di rumah sakit karena roket vaping

Menurut TRAI, Mimba adalah produk yang berisiko rendah, namun tidak boleh digunakan bersama rokok.

“Faktanya, vape masih merupakan produk yang risikonya lebih kecil dibandingkan rokok, tidak ada risiko, oleh karena itu masuk dalam konsep pengurangan dampak buruk yang bertujuan untuk menggantikan produk berbahaya dengan produk berbahaya di dunia vape. , usia mereka harus dibatasi,” kata Dr. kata Tri Budhi.

Baca Juga: Vaping Efektif Membantu Perokok Dewasa Berhenti dari Kebiasaan Merokok

Menurut Dr Tri Budhi, penelitian dari Public Health England 2022 menunjukkan bahwa vaping lebih kecil risikonya dibandingkan rokok tradisional.

Temuan ini menunjukkan bahwa vaping berpotensi menjadi produk alternatif bagi masyarakat yang ingin berhenti merokok dibandingkan produk bersamaan.

Selain penggunaan yang tidak tepat, Dr. Tri Budhi juga menyoroti usia Rico mulai mengonsumsi produk tembakau, yaitu pada usia 11 tahun.

Ia meyakini kasus Ricoh juga disebabkan oleh kelalaiannya dalam memantau penggunaan produk tembakau pada anak-anak di Indonesia.

“Di Jepang dan Korea, kartu identitas wajib dimiliki setiap kali Anda membeli rokok atau alat penguap, dan bahkan di Korea Anda harus lulus wawancara dan lulus tes untuk membeli alat penguap atau produk tembakau lainnya untuk pertama kalinya. “Tidak ada peraturan yang tegas (untuk mengawasi pengguna tembakau di bawah umur),” kata Dr Tri Budhi.

Komponen rokok dan uap harus dipisahkan

Rico didiagnosis menderita faringitis – bronkitis akut (radang tenggorokan dan paru-paru).

Dr. Menurut Tri Budhi, kondisi Rico pertama kali terdiagnosis sejak lama, dibandingkan penyakit mana yang lebih sering menggunakan vaping atau rokok.

Selain itu, faktor lain yang berkontribusi seperti gaya hidup, genetika, dan riwayat penyakit penyerta perlu ditinjau.

Menurutnya rokok lebih berbahaya, sedangkan vaping memiliki risiko yang lebih kecil, namun bukan berarti bebas risiko.

Di sisi lain, komitmen untuk melindungi anak dari produk tembakau harus didukung oleh peraturan yang kuat dan spesifik serta dilengkapi dengan upaya penegakan peraturan yang efektif.

“Tujuh tahun lalu, vape masih sulit ditemukan, harganya sangat mahal, bahkan anak di bawah 11 tahun pun semakin mustahil bisa menggunakan vape, dan mudahnya mendapatkan rokok seharga Rp 2.000 di kios,” ungkapnya. Dr. kata Tri Budhi. (mcr10/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *