Sangkur Raksasa di Tempat Latihan Kopassus dan Kisah Mistis Rangga Manik

saranginews.com – Sebuah keris berukuran besar dilempar ke puncak Gunung Manik di Bandung Barat. Kehadiran keris raksasa di tempat latihan Kopassus TNI AD kerap dikaitkan dengan legenda seperti bencana gempa dan tsunami Aceh tahun 2004.

Nur Fidhiah Shabrina, Lembang

BACA JUGA: Danjen Kopassus: Kami menunggu instruksi Panglima TNI

ORANG atau pengguna jalan yang sering melewati jalur Cianjur-Bandung Kota lewat Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Bandung Barat mungkin sudah tidak asing lagi dengan pemandangan keris raksasa di puncak Gunung Manik.

Namun banyak yang penasaran dengan asal muasal bayonet raksasa di puncak gunung yang juga dikenal dengan nama Tebing 48 tersebut.

BACA JUGA: Wisata ke Bandung Barat Cobain Tempat Ini.

Angka 48 pada nama tersebut didasarkan pada tebing setinggi 48 meter di Gunung Manik.

Tentu saja bayonet itu tidak jatuh dari langit. Ketua Forum Pemuda Citatah Asep Suleyman mengatakan, bayonet tersebut dibuat untuk menandai area tempat Kopassus melakukan latihan.

BACA JUGA: Bandung Barat Punya Lintasan Padalarang, Hengky Kurniawan bangga sekali

“Premisnya adalah membuat bayonet sebagai penanda 48 Batu Komando di Gunung Manik,” ujarnya kepada saranginews.com.

Asep menjelaskan, Gunung Manik telah menjadi tempat latihan Tentara Nasional Indonesia (TNI AD) sejak tahun 1960. Pada tahun 1965, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang dikenal dengan Kopassus mulai berlatih di sini.

Bayonet raksasa ini pertama kali dibuat oleh Pusat Latihan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) pada tahun 2004.

Kini disebut Pusat Pelatihan dan Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus).

“Obat menyanyi di atas bukit ini bukan yang pertama di Indonesia, tapi pengobatan menyanyi yang pertama di Jabar ya,” kata Asep.

Faktanya, bayonet raksasa tidak hanya ditemukan di Gunung Manik.

Objek serupa ada di Pantai Kopassus atau Pantai Permisan, Nusakambangan, Jawa Tengah.

“Kalau dilihat dari keunikannya, di Cilacap lebih unik lagi karena bayonetnya tinggi dan diletakkan di tengah laut,” kata Asep.

Meskipun bayonet adalah buatan manusia, masih ada legenda mengenainya.

Misalnya, ada legenda tentang bayonet yang muncul secara alami dari celah batu di Gunung Manik.

Legenda yang berkembang mengaitkan bayonet raksasa dengan gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004.

Konon saat itu terjadi gempa di Bandung Barat.

“Hal ini sering dikaitkan dengan mitos. Misalnya gempa yang lebih kuat dari tsunami Aceh terjadi di Bandung Barat, dan gempa ini menyebabkan bayonet terlempar keluar dari celah batu, kata Asep, dilansir Jabar.saranginews.com.

Menurutnya, tidak terjadi gempa di Bandung Barat pada tahun 2004 karena mitos yang berkembang di masyarakat.

Asep, pemuda setempat, tahu persis asal muasal obat nyanyian agung di Gunung Manik itu.

Untuk itu Asep senantiasa memberikan informasi terkini kepada pengunjungnya.

“Dalam tiga bulan pertama munculnya bayonet, banyak tamu yang datang kepada saya karena penasaran melihat keris tersebut dan menanyakan apakah itu asli,” ujarnya.

Asep menjelaskan, legenda tersebut muncul karena kawasan Gunung Manik penuh dengan cerita misterius.

Misalnya, sekitar 50 meter dari tempat keris ditancapkan, terdapat kuburan yang dikeramatkan masyarakat setempat.

Makam tersebut memperingati Raden Rangga Manik, nenek moyang masyarakat setempat.

Asep menceritakan bahwa Raden Rangga Manik bertapa di gunung itu lalu menghilang.

Sebelum memasuki pertapaan, Rangga Manik membuat wasiat agar tempat pertapaan itu dikeramatkan.

“Ada sesuatu yang sakral di Gunung Manik. “Jadi makamnya dikeramatkan, jadi aura misterius kesembuhan lagu ini sangat tinggi,” ujarnya.

Kini keris ini sudah menjadi bagian dari Tebing 48 dan membuat banyak orang penasaran.

Sayangnya, tidak semua orang bisa langsung menuju keris.

Pengunjung yang ingin mengunjungi lokasi tersebut harus mendapat izin terlebih dahulu dari Kopassus.

Selain itu, pendaki juga harus mematuhi beberapa batasan yang ditentukan oleh pejabat setempat.

Menurut Asep, warga sudah mengetahui tata cara dan tata krama menuju ke sini.

Oleh karena itu, mereka bebas dan hanya perlu berkoordinasi dengan pimpinan lapangan.

“Tetapi kami ingatkan untuk tetap menjaga keselamatan dan keamanan serta menjaga pantangan,” ujarnya. (mcr27/jpnn)

Artikel ini telah tayang di jabar.saranginews.com dengan judul:

Inilah Fakta Menarik Keris di Puncak Gunung Manik Bandung Barat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *