saranginews.com – Mustam bukanlah orang kaya. Namun perjuangannya untuk putranya yang mengidap penyakit Hidrosefalus menjadi inspirasi bagi Polda Riau untuk menjadi pahlawan bagi lingkungan sekitarnya.
Laporan Rizki Ganda Marito, Pekanbaru
BACA JUGA: Rumiah dan Kenangan Polwan Pertama yang Jadi Kapolda
Kamis (11/10), AKBP Nandang Lirrama mengunjungi sebuah gubuk di dekat Jalan Kartama, Kota Pekanbaru, Riau.
Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Riau dan anak buahnya terpikir untuk menemui Mustam di sebuah rumah besar berdinding papan dan beratap seng.
BACA JUGA: Komandan Paskibraka Tim 8 Arnold Sinaga, Kisah Perjuangan Anak Dansat Brimob Masuk Istana
Mustam selaku sahibulbait dengan rendah hati menyambut kedatangan AKBP Nandang bersama Kasubdit 1 Polda Riau, Kompol Hotmartua Ambarita. Pria paruh baya itu hanya mengenakan kaos berkerah dan celana pendek.
Tidak ada meja dan kursi tempat Mustam menerima tamunya. Siapapun yang memasuki gubuknya akan terlempar ke tanah.
BACA JUGA: Karel Dadimu, ABG Elan Papua Luar Biasa dan Suratnya kepada Kapolri
Terdapat juga kasur tipis di lantai, dengan Ayunda yang terbaring lemah di atasnya. Ayunda yang kini berusia 37 tahun merupakan anak Mustam.
Mata Ayunda hanya menatap langit-langit gubuk tempat ia tinggal. Terkadang ia mengeluarkan suara seolah-olah menunjukkan bahwa ia bahagia saat mengetahui polisi menjenguknya.
“Anak saya tidak bisa bicara dengan saya, tapi dia mengerti apa yang orang katakan,” kata Mustam kepada tamunya.
Mustam duduk di celah kecil yang memisahkan ruang tamu dengan bagian dalam gubuknya. AKBP Nandang setengah berlutut di sisi kiri Mustam.
Menurut Mustam, putranya lahir pada tahun 1987 dan semuanya baik-baik saja.
“Dulu saat lahir, kondisinya tidak seperti itu, masih berperilaku normal seperti anak normal,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, ternyata Ayunda menderita penyakit hidrosefalus. Peningkatan volume cairan di otak menyebabkannya berubah secara perlahan.
Sebagai orang tua, Mustam berusaha menyembuhkan Ayunda. Dia menjual harta bendanya, termasuk tanah dan rumah, untuk menyembuhkan anaknya.
“Saya menjual semuanya,” kata Mustam.
Upaya Mustam terbukti tidak berhasil. Pemiliknya sudah tidak ada lagi, namun Ayunda belum juga pulih.
“Ternyata anak saya belum bisa sembuh hingga ibunya meninggal, kami tinggal di kabin ini,” kata Mustam.
Sebenarnya Mustam punya tiga orang anak. Anak pertamanya, seorang putri, meninggal.
Ayunda merupakan anak kedua Mustam. Anak ketiganya adalah seorang gadis yang kini menjadi istri suaminya.
Witmann dan Ayunda sudah 10 tahun tinggal berdua di cottage berukuran 4×5 meter persegi. Rumah tersebut terletak di atas sebidang tanah milik warga sekitar.
Terdapat risban sebagai tempat tidur di dalam gubuk. Tidak banyak perabotan di kediaman Rustam.
Mustam hidup dari pendapatan yang diperolehnya dari bisnis reparasi ban kecil-kecilannya. Ia juga menjual bahan bakar ketengan untuk menambah penghasilannya.
Menurut Mustam, rata-rata pendapatan hariannya dari reparasi ban hanya PLN 50.000. Rp.
“Saat ini jumlahnya pun belum mencapai (Rs 50.000, Red.), tapi penjualan minyak ini sedikit membantu,” ujarnya.
Kabar kehidupan Mustam rupanya sampai ke Satres Narkoba Polda Riau. Perjuangan pendatang non Pekanbar pun menyentuh hati AKBP Nandang.
“Semoga kerja keras kalian diberkati,” kata AKBP Nandang kepada Mustam.
Petugas pusat Polda Riau datang membawa simpati, bingkisan sembako dan bingkisan.
“Apa yang kami tawarkan tidak ada apa-apanya, semoga bisa meringankan beban,” ujarnya.
Kehadiran jajaran Ditresnarkoba Polda Riau menggugah Mustam. Menurutnya, bantuan dalam bentuk apa pun sangat berharga baginya.
“Saya sangat berterima kasih kepada polisi yang datang ke pondok saya. “Menurut saya, bantuan seperti itu sangat membantu saya dan anak saya,” kata Mustam kepada tamunya.
Kisah kunjungan AKBP Nandang ke gubuk Mustam pun dibagikan kepada Direktur Reserse Narkoba Polda Riau Kombes Yos Guntur.
Lulusan Akpol angkatan 1998 itu mengaku mendapat pelajaran sangat berharga dari kehidupan Mustam.
“Kita bisa belajar bersyukur dari Pak Mustam. Bagi kami, bantuan tersebut tidak ada artinya dibandingkan dengan pembelajaran yang didapat. Pak Mustam sudah menjadi pahlawan di Ayunda, kata Kompol Yos Guntur.
Mantan Kapolres Barelang ini menegaskan, kampanye sosial yang dilakukan Sat Narkoba Mapolda Riau ini bertujuan untuk menanamkan rasa kehadiran Polri sebagai pembela dan pengawal di masyarakat.
“Kami ingin berada tepat di tengah-tengah masyarakat. “Hal ini sesuai instruksi Kapolda Riau Irjen Mohammad Iqbal untuk terus berada di tengah masyarakat,” ujarnya (mcr36/saranginews.com).