Kisah Febri Fatma, Anak Petani yang Sebentar Lagi jadi Dokter, Luar Biasa

saranginews.com – Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, menggelar wisuda online bagi 1.046 wisudawan di Aula Kampus setempat, Sabtu (20/2).

Gelar ini merupakan gelar semester kedua tahun ajaran 2020/2021.

BACA JUGA: Kebanyakan pelamar jalur hafalan Alquran memilih program studi kedokteran

Febri Fatma Lailatul Laeli, S.Ked menjadi salah satu yang berbahagia karena atas kerja keras disertai doa dan dukungan beasiswa Bidikmisi, lulusan Fakultas Kedokteran tersebut akhirnya mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.

Selangkah lagi, mahasiswa yang biasa disapa Eli ini akan mewujudkan cita-citanya menjadi seorang dokter. Kini yang perlu Anda lakukan hanyalah mendapatkan pendidikan profesi yang diharapkan siap sedia kala Anda masih kuliah.

BACA JUGA: Ini Rencana Kemendikbud untuk Pendidikan Kedokteran di Masa New Normal

Eli merupakan putri kedua dari pasangan Suyono yang berprofesi sebagai petani dan ibunya Surip yang merupakan seorang ibu rumah tangga di Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.

Untuk kehidupan sehari-hari, ayahnya harus menyewa lahan sekitar 180 meter persegi untuk menanam padi di musim hujan dan jagung di musim kemarau. Terkadang mereka juga mencoba menanam tembakau.

BACA JUGA: Ingat Saat Ustaz Maaher Jatuh di Depan Istrinya, Jamal: Kami Sangat Patah Hati

Namun jika tidak bisa menyewa tanah, Suyono harus menjadi buruh tani untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang tinggal di desa.

Prestasinya yang luar biasa selama bersekolah di SMAN Ambulu Jember mengantarkan Eli mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada tahun 2016 dengan masuk Universitas Jember melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), karena ia rutin menduduki peringkat pertama di sekolah Anda.

Usai menempuh SBMPTN, Eli bertekad memilih Universitas Jember sebagai pilihan pertamanya, Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertamanya, dan Fakultas Kedokteran Gigi sebagai pilihan berikutnya. Pilihan kedua guru tersebut mendapat dukungan penuh dari orang tuanya.

“Sejak kecil saya bercita-cita bekerja di bidang kesehatan, khususnya sebagai dokter, karena saya yakin profesi di bidang kesehatan itu mulia karena tugasnya membantu masyarakat,” ujarnya.

Awalnya Eli ragu dengan masalah biaya saat memilih Fakultas Kedokteran Unej.

Namun, saat ia mengutarakan niatnya untuk masuk sekolah kedokteran, orang tuanya sangat mendukung.

Ayahnya lah yang aktif mencari informasi biaya kuliah kepada petugas kesehatan, kenalan, bahkan orang tua Eli yang sudah duduk di bangku kuliah karena menyadari bahwa sumber daya keluarganya terbatas sehingga harus benar-benar melakukan perhitungan.

Namun berkat dukungan orang tua dan beasiswa Bidikmisi, ia yakin bisa mengenyam pendidikan universitas sehingga amanah tersebut bisa terlaksana.

Menjadi kewajiban sehari-hari untuk rajin membaca catatan perkuliahan dan buku-buku rekomendasi dosen, serta berdiskusi dengan teman-teman lain di kampus.

Anak petani itu dibiasakan belajar dini hari sebelum salat subuh agar lebih fokus, berusaha sungguh-sungguh untuk belajar agar harapan orang tuanya untuk menjadi dokter menjadi kenyataan, apalagi di rumahnya tidak ada orang. dokter. .

Kesibukannya kuliah bukan berarti Eli tidak bisa membantu orang tuanya setiap kali mendapat kesempatan pulang kampung ke Desa Kesilir.

Bahkan, ia terjun langsung membantu orang tuanya di sawah yang disewa ayahnya.

Saat panen tiba, Eli pun tak ragu lagi memanen padi maupun jagung. Bahkan saat menanam tembakau, ia juga mengumpulkan daun tembakau pada pagi hari dan sore harinya melanjutkan menyiapkan tembakau untuk proses pengeringan atau sujen.

Sedangkan jika belum panen, Eli juga membantu ayahnya dengan membersihkan rumput dan gulma di ladang agar hama atau penyakit tidak mudah menyerang tanaman.

Prestasi yang diraih Eli selama kuliah pun tidak mengecewakan, beberapa prestasi berhasil ia raih, yakni juara pertama dalam tinjauan literatur kedokteran yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Elial juga berhasil meraih Juara III pada karya poster ilmiah bidang kedokteran yang dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tahun 2018.

Mempunyai sikap yang baik

Putra Suyono dan Surip juga aktif di organisasi kemahasiswaan yang menggemari penelitian di kampus.

Yang lebih istimewa lagi, beliau berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran dalam kurun waktu 4 tahun 1 bulan dengan Rata-Rata Umum (IPK) yang sangat memuaskan yaitu 3,71.

Ia bersyukur bisa kuliah di Fakultas Kedokteran Unej yang fokus pada bidang agromedis, yaitu penerapan ilmu kedokteran yang fokus pada kesehatan masyarakat di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

Eli mengetahui betul bahwa komunitas petani mempunyai permasalahan kesehatannya masing-masing yang berbeda dengan komunitas lainnya karena ia juga berasal dari keluarga petani, sehingga ia mengetahui permasalahan kesehatan yang dihadapi para petani, antara lain kurangnya kesadaran para petani tentang penggunaan alat pelindung diri. bekerja di lahan tersebut.

Ia berharap ilmu yang diperoleh di universitas dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan para petani, setidaknya bagi masyarakat Desa Kesilir yang merupakan kampung halamannya.

Putra seorang petani yang hidup sehari-hari ini berpesan kepada adik-adiknya, yang berasal dari keluarga tidak mampu, untuk tidak putus asa dalam berusaha meraih cita-citanya.

Dikatakannya, jika ada kemauan pasti ada jalan, seperti yang ia lakukan selama kuliah di Fakultas Kedokteran Unej.

“Aku berpesan padamu, apapun keadaanmu, jangan takut untuk memilikinya dan raih impianmu, percayalah pada dirimu sendiri, galilah passionmu dan selalu berprasangka baik kepada Allah, Insya Allah akan selalu dalam jalan.” dia berkata.

Sementara itu, Rektor Unej Iwan Taruna dalam pidato wisuda mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang meraih nilai baik dan ini merupakan wisuda Unej yang pertama di tahun 2021.

Ia berharap seluruh keluarga besar Unej optimis menatap masa depan dan yakin bahwa berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 akan menghasilkan lulusan Unej yang tangguh, mudah beradaptasi, kreatif dan inovatif.

Marta Dwi Lestari SPd, lulusan Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Lumajang, menjadi peraih IPK tertinggi dengan IPK 3,94 setelah menempuh pendidikan selama 3 tahun, 10 bulan, dan 29 hari.

Sedangkan Selly Alan Sinta A.Md mempunyai IPK tertinggi pada jenjang diploma dengan IPK 3,64 yang merupakan lulusan Program Studi D3 Bisnis Perjalanan FISIP dan menyelesaikan studinya dalam kurun waktu 2 tahun, 11 bulan dan 14 hari. . . .

Pembagian Bidikmisi

Biaya bagi mahasiswa kurang mampu penerima beasiswa Bidikmisi atau kini berganti nama menjadi Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Unej selalu berubah setiap tahunnya.

Namun sejumlah mahasiswa penerima beasiswa berhasil meraih IPK cum laude.

Kepala Cabang Humas Universitas Jember Rokhmad Hidayanto mengatakan Unej menyalurkan beasiswa Bidikmisi kepada 1.700 mahasiswa kurang mampu pada tahun 2019, kemudian pada tahun 2020 jumlah penerima manfaat bertambah menjadi 1.876 mahasiswa.

Untuk tahun 2021, lanjutnya, kuota penerima KIP di Unej belum terbit karena biasanya data baru terbit pada bulan April.

Diakuinya, ada beberapa mahasiswa yang mendapat beasiswa tersebut dan berhasil kuliah dengan IPK cumlaude meski orangtuanya mempunyai keterbatasan finansial, sehingga banyak perusahaan atau institusi yang berkompeten memperhatikannya.

Beasiswa Bidikmisi atau KIP kini menjadi jembatan dan penyelamat bagi mahasiswa kurang mampu untuk mencapai impian dan cita-citanya. (antara/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *