Indonesia Didorong Gandeng Rusia untuk Kembangkan Energi Nuklir

saranginews.com, JAKARTA – Duta Besar Indonesia untuk Rusia Jose Tavares menilai Moskow merupakan mitra terbaik bagi Jakarta dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) untuk mendukung transisi energi terbarukan.

Jose menjelaskan, perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir milik negara Rusia, Rosatom, telah lama menawarkan kerja sama dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir terapung, di negara kepulauan ternama seperti Indonesia.

BACA JUGA: BRIN IV. Mengharapkan Mitra Internasional untuk Mengembangkan Generasi

“Faktanya, Rusia bisa berperan besar di Indonesia. Pada Kamis (28/3), saat ditemui ANTARA di Moskow, Jose mengatakan: “Jika ingin bekerja sama dengan Rusia, sekaranglah saatnya.”

Namun penggunaan teknologi nuklir di Indonesia terus menimbulkan perdebatan publik mengenai keamanannya, katanya.

BACA JUGA: Tanggapi Pembuangan Limbah Nuklir Fukushima, Ekomarin Siap Tuntut Pemerintah Jepang

Bahkan, ia yakin Rusia telah belajar banyak tentang penguatan keselamatan teknologi nuklir dari kecelakaan nuklir besar seperti Chernobyl pada tahun 1980-an atau kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima di Jepang pada tahun 2011.

Jadi tidak perlu khawatir dengan hal-hal seperti Chernobyl karena banyak sekali komponen keselamatan nuklirnya. Saya juga membawa pejabat Indonesia ke markas Rosatom dan mereka menjelaskan situasinya, kata Jose.

BACA JUGA: Indonesia kembali menyerukan perlucutan senjata nuklir secara global

Ia juga mengatakan Indonesia harus berani mendorong kerja sama energi nuklir jika ingin mencapai tujuan transisi energi dan pengurangan emisi.

Selain itu, banyak negara tetangga Indonesia seperti Myanmar dan Filipina juga mempertimbangkan penggunaan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

Sementara itu, Türkiye dan Bangladesh memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga air bekerja sama dengan Rusia.

“Sekarang (giliran Indonesia yang memutuskan) Indonesia perlu memutuskan di mana (bekerja sama),” kata Jose.

Merujuk pada sejarah kerja sama Indonesia dan Rusia dengan berdirinya PT Krakatau Steel pada tahun 1960-an, Jose menjelaskan Rusia merupakan mitra yang lebih baik dibandingkan Barat dalam hal transfer teknologi.

Melalui bekas Pabrik Baja Cilegon, perusahaan patungan antara Indonesia dan Tjazpromexport Uni Soviet, Krakatau Steel berkembang menjadi pemain utama dalam industri baja dan energi Indonesia.

“Saya kira ini transfer teknologi pertama ke negara lain di Indonesia dan sejauh ini kita sudah mengembangkan Steel Krakatau,” ujarnya.

Jose mengatakan, selain keunggulan dalam transfer teknologi, Rusia juga berperan secara langsung dan tidak langsung dalam perundingan.

Ia mengatakan, Rosatom menyatakan siap melatih para ahli nuklir asal Indonesia untuk menggunakan energi nuklir secara damai dengan memberikan beasiswa kepada 30 orang.

“Jadi pertanyaannya, apakah kita tertarik untuk memanfaatkan peluang (yang dihadirkan) ini? Tergantung pada Jakarta, mereka mungkin menjadi kurang percaya diri dan ingin melihat negara lain terlebih dahulu. Tapi menurut saya Rusia bagus karena semuanya mudah”, Dubes Jose. (ant/lidah/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *