Karel Dadimu, Elan Luar Biasa ABG Papua dan Suratnya untuk Kapolri

saranginews.com – Seorang anak baru bernama ABG asal Kabupaten Asmat, Papua, menculik petinggi polisi. Suratnya kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sangat pedih.

Laporan Fansiskus Pratama, Jakarta

BACA JUGA: Jenderal Sigit meminta masyarakat terus mengkritik Polri

Rabu (22/6) malam, sejumlah anggota Polri memenuhi Ballroom Tribrata, Jakarta Selatan, dan mengalihkan perhatian ke Karel Dadimu.

Siswa SMA Katolik Yan Smit Kabupaten Asmat itu menjadi bintang ‘Selamat Berdirinya Lomba Ganti Kaki Polri’ di perayaan HUT Bhayangkara ke-76.

BACA JUGA: Perkembangan Polri, Kapolri Jenderal Listyo mengapresiasi

Karel merupakan pemenang lomba menulis surat Kapolri. Isi surat itu begitu menyentuh hati saya sehingga Jenderal Listyo Sigit ingin mewujudkan impian 18 tahun itu.

Perjuangan Karel untuk belajar tidaklah mudah. Namun, anak laki-laki yang tersenyum itu memiliki perasaan aneh.

BACA JUGA: Sesuai arahan Kapolri, keputusan mengadili perilaku AKBP Brotoseno sudah ditinjau ulang

Karel harus menempuh perjalanan enam jam dari desanya untuk bersekolah di Agats, ibu kota Kabupaten Asmat.

“Kalau ke Agats naik perahu motor tidak bisa naik,” ujarnya kepada saranginews.com.

Warga asli Desa Ocenep, Distrik Fayit, menyusuri sungai yang penuh bahaya. “Buayanya banyak,” kata Karel.

Putra sulung Gerardus Yaor dan Valentina Dadimu ini mengatakan, kota tempat ia dilahirkan merupakan daerah terpencil dan tertinggal. Saat ini tidak ada layanan seluler di Oceanep.

Selain itu, Karel juga mengaku bukan berasal dari keluarga kaya. “Ayah saya adalah seorang petani,” katanya.

Isi surat Karel kepada Kapolri mencengangkan. Foto: Dokpri di saranginews.com.

Saat Karel bersekolah di SMA Katolik Jan Smit, ia menginap di rumah Agats. Ia belajar dengan giat agar bisa meneladani kedua adiknya dan menjadi kebanggaan keluarganya.

Karel tak hanya terpisah dari orang tuanya. Dia juga harus menghidupi dirinya sendiri di luar negeri.

“Saya harus bekerja, mendorong kayu, menebang kayu, memuat dan membongkar pasir dan memotong rumput untuk bertahan hidup di Agats,” tulis Karel dalam suratnya kepada Kapolri.

Lantas bagaimana Karel mengetahui lomba menulis surat untuk Kapolri?

Ia mengaku tidak sengaja melihat iklan tentang kompetisi tersebut. “Saya melihat iklan di mesin fotokopi,” katanya.

Selanjutnya Karel berinisiatif menulis surat untuk mengikuti kompetisi tersebut. Surat tersebut tidak diketik dengan komputer atau mesin tik, melainkan ditulis dengan tangan.

Karel meminta Jenderal Listyo Sigit melalui surat itu membuka pusat pendaftaran calon polisi di Polres Asmat.

Ia mengira ingin menjadi polisi, namun mendaftar di Jayapura terlalu jauh dan menghabiskan banyak biaya.

Begitu surat itu ditulis, Karel mengirimkannya ke panitia lomba. Surat itu saya serahkan ke Polres Asmat, ujarnya.

Usaha Karel membuahkan hasil yang baik. Suratnya dianggap yang terbaik di kelas SMA-nya.

Yang menganalisis surat itu bukan polisi, melainkan jemaah. Ada Seto Mulyadi alias Kak Seto (pengasuh), Aminudin Ma’ruf (staf khusus presiden), Mochamad Ariyo Faridh Zidni (penulis buku), dan Indah Haryani yang dipercaya menjadi anggota DPR.

Putusan hakim pun membuat Jenderal Sigit tertarik. Mantan ajudan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan keinginan Karel menjadi bayangan.

“Mengapa kamu ingin menjadi petugas polisi?” seperti yang diumumkan Jenderal Listyo Sigit.

Karel pun menjawab pertanyaan orang pertama di Polri lewat cerita tersebut. Remaja asal Papua itu mengaku terharu dengan kebaikan polisi di wilayahnya.

“Saya senang melihat bagaimana kepolisian di Kabupaten Asmat membantu masyarakat,” kata Karel.

Jenderal Listyo Sigit melanjutkan tantangannya kepada Karel. “Apakah kamu benar-benar ingin bergabung dengan Polri?” mengatakan bahwa Ijazah Kepolisian tahun 1991 telah selesai.

Karel langsung mengaku sangat ingin menjadi salah satu anggota Polri. Jenderal Sigit langsung membalas jawaban tersebut.

Jenderal Sigit dalam pesannya mengatakan: “Besok setelah lulus (SMA), segera daftarkan diri”.

Usai lomba ‘Terima kasih telah menciptakan langkah Polri untuk berubah’, beberapa petugas Polri mengajak Karel untuk berfoto bersama. Salah satunya Direktur Manajemen Personalia (Karo Watpers) SSDM Polri Brigjen Anwar.

Meski demikian, Anwar dan Karel tak sekadar berfoto. Keduanya juga mengadakan percakapan.

Karel mengaku ingin bergabung dengan Akademi Kepolisian (Akpol). Pengakuan tersebut membuat Anwar bersemangat bertanya tentang prestasi Karel.

“Kamu kelas berapa di sekolah?” kata Anwar.

Jawab Karel segera. “Saya menempati posisi ketiga,” katanya.

“Adakah prestasi lain di luar kelas?” tanya Anwar.

“Saya baru saja memenangkan lomba menulis surat kepada Kapolri,” kata Karel.

Beberapa saat kemudian, Anwar memanggil rakyatnya. Petugas polisi pusat memerintahkan anak buahnya untuk meminta informasi tentang Karel.

“Karena besok kita akan dilatih oleh Polda (Papua) dengan menggunakan Kepolisian (Asmat),” kata Anwar. (cr3/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *