Hardiknas 2024, Ketua Komisi X DPR: Pendidikan Indonesia Masih Hadapi Tantangan Besar

saranginews.com, Jakarta – Sistem pendidikan Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam upaya meningkatkan kualitas siswa.

Para pengambil kebijakan (stakeholder) juga harus memperkuat kerja sama untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional.

Baca Juga: Hardiknas 2024: Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus Di Kampus, Catat Waktunya!

“Kami meyakini saat ini perlu adanya peningkatan kolaborasi antara penyelenggara pendidikan dan masyarakat untuk memastikan arah kebijakan pendidikan kita tidak berlebihan.” Selain itu, kolaborasi ini diperlukan bagi penyelenggara pendidikan untuk menetapkan prioritas kebijakan agar dapat kata Ketua Komisi 2023.

Huda menuturkan, capaian sistem pendidikan Indonesia saat ini masih kurang menggembirakan.

Baca Juga: Greibel Ajak 6.000 Anak TK Latihan Bersama Merayakan Hari Pendidikan Nasional

Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti rendahnya kemampuan dasar siswa dalam bidang literasi, sains, dan matematika, masih belum terselesaikannya permasalahan kesejahteraan guru, dan terbatasnya akses terhadap pendidikan tinggi di tanah air.

“Ironisnya, tantangan-tantangan besar ini telah diatasi dengan kebijakan-kebijakan yang bersifat top-down dan hanya melibatkan masyarakat sipil di sektor pendidikan,” katanya.

Baca Juga: Saiful Huda: Saya Khawatir 1 Juta Guru Terhormat Akan Ganggu Pemilu Jadi PPPK Jika Benar Terjadi

Berdasarkan data Human Capital Index (HCI) Bank Dunia, Huda mengatakan kualitas potensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Indonesia menduduki peringkat ke-96 dari 173 negara. Sedangkan Singapura di peringkat 1, Vietnam ke-38, Malaysia ke-62, dan Thailand ke-63.

“Penyebab turunnya peringkat HCI Indonesia adalah rendahnya nilai PISA Indonesia dan tingginya prevalensi stunting pada anak-anak kita,” kata Huda.

Hasil tes PISA Indonesia, lanjut Huda, menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam bidang literasi, sains, dan matematika tertinggal dibandingkan negara lain. Pada tahun 2022, nilai PISA Indonesia untuk literasi adalah 359, sains 383, dan matematika 379.

Capaian tersebut tertinggal jauh dibandingkan siswa Singapura yang nilai literasinya 543, sains 561, dan matematika 575.

Faktanya, Indonesia tertinggal dibandingkan Vietnam yang nilai kemampuan literasi siswanya mencapai 462, IPA 472, dan matematika 469, ujarnya.

Huda mengatakan, banyak kalangan yang menilai prinsip kemandirian belajar tidak benar-benar memberikan kebebasan bagi penyelenggara pendidikan untuk menyesuaikan praktik belajar mengajar yang terbaik dengan kebutuhan siswa.

Dalam praktiknya, kebijakan Merdeka Belaza masih tertahan pada kegiatan tekno-administrasi yang merujuk pada guru dan tenaga kependidikan.

“Meski ada masa penyesuaian hingga dua tahun, penetapan kurikulum mandiri mulai tahun ajaran 2024/2025 sendiri masih menjadi kendala,” ujarnya.

Politisi PKB ini berharap pemerintah memberikan prioritas untuk menuntaskan rekrutmen satu juta guru sebagai pegawai pemerintah kontrak (PPPK). Langkah ini untuk memberikan solusi terhadap kesejahteraan guru yang menjadi permasalahan mendesak dari waktu ke waktu.

“Dalam pandangan kami, kesejahteraan guru adalah kunci dari setiap inovasi untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan kita. “Jika guru diperbaiki, kurikulum mana, keterampilan siswa dikembangkan, metode belajar mengajar mana yang dipilih, maka peluang keberhasilannya akan semakin besar,” kata Huda (Zikura/JPNN).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *