90 Persen Pemda Sudah Memanfaatkan Rapor Pendidikan, Para Kadis & Kepsek Bersuara 

saranginews.com, Jakarta – Rapor Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) telah resmi diluncurkan.

Rapor Pendidikan menyajikan data terkini setiap tahunnya yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan prioritas pendidikan lanjutan.

Baca juga: Kemendikbud Keluarkan Laporan Pendidikan Orang Tua PAUD Minta Partisipasinya

Iwan Syahril, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (Ditjen PDM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, mengatakan data tersebut dapat digunakan oleh berbagai pihak.

Mulai dari pemerintah daerah, satuan pendidikan, mitra pembangunan hingga orang tua siswa.

Baca Juga: Menaikkan Jabatan Guru, Kemendikbud Beri Penjelasannya

Direktur Jenderal Iwan Syahril menjelaskan, “Pemanfaatan data rapor pendidikan baik di satuan pendidikan maupun pemerintah daerah merupakan prinsip mendasar untuk meningkatkan dan merencanakan layanan pendidikan yang lebih efektif yaitu pendidikan untuk anak,” jelas Syahril saat berbincang dengan para penerima manfaat. laporan pendidikan di Jakarta pada Selasa (5/3).

Berdasarkan data, seluruh unit daerah memiliki akses terhadap rapor pendidikan dan 90 persen di antaranya menggunakan informasi ini untuk perencanaan dan penganggaran berbasis data.

Baca Juga: Kemendikbud Buka Pendaftaran KIP Perguruan Tinggi Mandiri 2024 Silakan cek ketentuannya

Demikian pula untuk satuan pendidikan, lebih dari 350.000 satuan pendidikan di seluruh Indonesia memiliki akses terhadap rapor pendidikan dan hampir 90 persen telah menggunakannya untuk meningkatkan berbagai indikator pendidikan.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi (Kadis) Kabupaten Pekalongan Kholid menceritakan pemanfaatan rapor pendidikan di wilayahnya.

“Kami telah membentuk tim ke-23 yang turun ke lapangan untuk memberikan informasi hasil laporan pendidikan dan memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah di wilayah Pekalongan,” kata Kholid.

Selain itu, Kholid menjelaskan, bagi sekolah yang hasil laporan pendidikannya kurang baik, akan diberikan bantuan untuk meningkatkan baik dari segi pembelajaran, kompetensi guru, dan lain-lain.

Kelompok ke-23 terdiri dari kepala sekolah (Kep), instruktur mengemudi, operator, manajer, dan petugas pendidikan.

Deden Suryanto, Kepala SMK Negeri 1 Subang, menjelaskan bagaimana rapor pendidikan membantu tercapainya kelulusan SMK yang berkualitas.

Indikator penyerapan lulusan SMK serta keterhubungan dan pencocokannya dengan kartu kerja di bidang pendidikan merupakan standar praktis bagi siswa lulusan SMK dan bukan pada platform dari Sebelumnya.

“Kami berhasil mendekatkan dunia kerja dan sinkronisasi kurikulum. “Apa itu sekolah dan apa yang harus dilakukan dunia?”

Selain itu, Deden menambahkan, sejak bergabung dengan PBD, program sekolahnya semakin tertata dengan baik. Pada tahun 2022 akan ada klasifikasi alfabet dan angka berwarna kuning, sehingga fokus Deden adalah merancang aplikasi yang sesuai.

Hasil di tahun 2023 akan hijau dan ini merupakan pencapaian tertinggi.

“Program literasi dan numerasi kita sangat sukses dan ada kemajuan. Cara kita melaksanakan PBD adalah dengan mengunduh rapor pendidikan untuk menganalisis hasil satuan pendidikan saya untuk indikatornya,” kata Deden.

Kepala Satuan PAUD Haraki Depok Eka Annisa mengatakan, keluarnya rapor pendidikan PAUD memberikan dampak yang cukup besar terhadap satuan pendidikan dibandingkan sistem penilaian sebelumnya.

Sebelumnya, tidak ada pendekatan komprehensif. Yang melihat hanya kondisi baik, hasil yang diharapkan, kondisi nyata dan rencana tindak lanjut. Namun, dengan rencana berbasis data ini, mereka dapat melakukan identifikasi dan refleksi yang lebih detail.

“Kami juga mengetahui program prioritas apa yang dibutuhkan unit kami”, kata Ika.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Luar Biasa (SLB) Jakarta 1 Dedeh Kurniasih mengatakan dengan hadirnya kartu pendidikan, proses penilaian pendidikan menjadi lebih terarah. Akar permasalahan dan rekomendasi perbaikan tertulis di sana, misalnya peningkatan kapasitas guru.

Dalam melaksanakan rekomendasi perbaikan tersebut, Dedeh menjelaskan bahwa sekolahnya memiliki program non-anggaran.

“Kami membangun kapasitas tanpa pendanaan melalui sekolah komunitas dan sekolah komunitas. “Kami membentuk kelompok kecil untuk berbagi praktik baik kepada teman-teman di masyarakat, kemudian mengirimkannya ke sekolah lain,” ujarnya. (esy/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *