saranginews.com, JAKARTA – Yayasan KEHATI meresmikan Peringatan Kalpata di Kebun Jamu Obat (KTO) Sri Alam di Desa Kokanggenteng, Kecamatan Pasirjambo, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Tugu Peringatan Kalpataro dibangun sebagai simbol Penghargaan Kalpataro Tahun 2018 yang diraih oleh Odi Kodaria alias Mama Odi untuk Sumber Daya Genetik Lingkungan kategori Konservasi Tanaman Obat.
Baca juga: Yayasan Kehati penghijauan kampung nelayan bersama mahasiswa UMN
Kontribusi Mama Odi terhadap konservasi dan pengenalan tanaman obat Indonesia sangat besar. Sejak lama, Mamad Oday mengajar dan mendidik masyarakat luas tentang penggunaan obat tradisional.
Kemeriahan ini bertepatan dengan dikembangkannya program bioeksplorasi yang dikelola oleh Yayasan KEHATI.
Baca juga: Insan PPPK Diseleksi, Tapi Kontrak Kerja Dikaji Secara Berkala
Ricky Frandos, Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI mengatakan, suatu kehormatan bagi Yayasan Kehati dipercaya meresmikan tugu peringatan Kalpataro Udi Kodaria. Patung ini merupakan simbol perjuangan perempuan terhadap lingkungan dan tanaman obat di Indonesia.
Ricky Frandos dalam keterangannya mengatakan, “Ini merupakan momen yang tepat untuk memperkenalkan tanaman obat Indonesia dan meningkatkan khasiatnya serta mendukung pembangunan berkelanjutan, karena dapat menjaga keanekaragaman hayati Indonesia,” kata Ricky Frandos dalam keterangannya (2/5).
Baca Juga: Brigadir RA Meninggal Karena Bunuh Diri, Kapolri Ungkap Motifnya
Ditambahkannya, peresmian Tugu Kalpataru ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya antara Yayasan Kehati dengan Mama Odi, khususnya kegiatan edukasi jenis-jenis tanaman obat dan kegunaannya.
Ke depan, Yayasan KEHATI berencana mendukung kegiatan yang diselenggarakan oleh Mama Odi, antara lain inventarisasi pengetahuan tradisional, eksplorasi sumber daya genetik, dan pengumpulan sampel. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi contoh konservasi, perlindungan dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal dan pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan tanaman obat secara berkelanjutan.
Hingga saat ini, lebih dari 900 jenis tanaman obat, 418 spesimen tanaman obat dari 102 famili (suku) dan 341 spesies telah dikumpulkan di Kebun Tanaman Obat (MTP) Sri Alam. – 5 hektar.
Selain gencar mempromosikan manfaat tanaman obat Indonesia, Mama Odi juga mengeksplorasi berbagai aspek tanaman obat, baik tradisional maupun ilmiah.
Mama Odi menuturkan, berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilannya telah ia ikuti mulai dari jamu profesional hingga jamu di kelas kedokteran, diagnosis penyakit dengan metode medis di kelas jamu, dan penyiapan obat herbal sesuai diagnosa medis.
Semangat inilah yang menjadikan KTO Sri Alam sebagai pusat konsultasi dan pengobatan herbal terkemuka di Indonesia. Pasien datang tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri.
Mama Odi memanfaatkan kebun tanaman obat miliknya sebagai kebun koleksi, produksi, dan klinik tanaman obat. Artinya ada 3 fungsi dalam taman yaitu konservasi, pengembangan dan pemanfaatan.
Riki mengatakan, Indonesia harus bisa memanfaatkan potensi hayati Indonesia yang sangat tinggi. Dalam perkembangannya, nilai ekonomi produk biologi mencapai 500 miliar dollar Amerika per tahun, meliputi sektor farmasi, produk pertanian, tanaman hias, kosmetika dan produk bioteknologi lainnya.
Rikki menambahkan, keberhasilan penelitian keanekaragaman hayati bergantung pada pengetahuan awal yang diperoleh dari masyarakat lokal (indigenous knowledge) yang telah memanfaatkan sumber daya keanekaragaman hayati untuk kebutuhan yang berbeda dari spesies.
“Yang tidak kalah penting adalah masyarakat harus mendapatkan manfaat dan mendapat persetujuan untuk pengembangan produk hayati, agar tidak terjadi pembajakan keanekaragaman hayati (biopressure),” kata Ricky (esy/jpnn)