Sopir Ambulans: Semoga Allah Menggerakkan Hati Presiden Jokowi

saranginews.com – Ribuan perawat dan tenaga kesehatan berstatus honorer, termasuk pengemudi ambulans yang saat ini tergabung dalam gugus tugas tanggap COVID-19 menaruh harapan besar kepada pemerintah.

Mereka mendoakan agar saat Corona hilang, Presiden Joko Widodo memberikan kado terbaik untuknya. Yakni pengangkatan pejabat negara (ASN), yakni sebagai PNS dan PPPK.

BACA JUGA: Tak semua PNS dan PPPK yang mudik dikenai sanksi

Asep Wardiawan, pegawai administrasi yang juga sopir ambulans di salah satu Puskesmas di Kabupaten Ciamis, mengungkapkan, banyak dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang berstatus non-PNS. Rata-rata, mereka melayani puluhan hingga puluhan tahun.

Ada pula yang, kata Asep, mencoba peruntungan mengikuti tes CPNS, namun tetap tidak berhasil.

BACA JUGA: Karyawan PHK, Sopir Semua Pulang, Sedih Banget

Hingga akhirnya pada Februari 2019 diberikan kesempatan mengikuti tes PPPK (PNS dengan kontrak kerja). Seleksi PPPK tahap pertama dilakukan oleh beberapa tenaga medis seperti perawat.

Sementara tenaga kesehatan lain seperti Asep kurang beruntung karena tidak ada pelatihan untuk mereka.

BACA JUGA: Budiman Sudjatmiko: Saya juga lawan dia

“Hanya terbuka untuk dokter, perawat, dan bidan. Tidak ada pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pengemudi ambulans. Tak lazim jika di masa pandemi COVID-19 ini kami masuk dalam satuan penanggulangan Corona,” kata Asep kepada saranginews.com . , Senin (27 April).

Pria berusia 50 tahun ini menyampaikan harapan rekan-rekannya agar pemerintah memperhatikan mereka.

Jangan hanya bilang tenaganya dibutuhkan, tapi kesejahteraannya tidak diperhatikan.

Asep yang juga Koordinator Wilayah Persatuan Kehormatan K2 Indonesia (PHK2I) Kabupaten Ciamis mengungkapkan, hingga saat ini perawat dan tenaga kesehatan lain yang tergabung dalam gugus tugas penanganan COVID-19 belum mendapat tambahan insentif.

Sudah dibayar Rp 200 ribu per bulan sebagai honorarium, tidak ada penghasilan tambahan.

Mungkinkah insentif bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya hanya untuk mereka yang menangani langsung pasien corona? Kami tidak memasukkan mereka yang berada di perbatasan, RS daerah, dan pusat masyarakat, keluhnya.

Hal serupa diungkapkan Ani Andriani, perawat di Puskesmas Cijeungjing. Selama ini Ani yang lolos PPPK hanya menerima iuran sebesar Rp 250 ribu per bulan.

Ia tidak mendapat insentif tambahan meski masuk dalam gugus tugas tanggap COVID-19.

“Tidak ada tambahan insentif seperti yang kita lihat di TV. Kata Presiden ada tambahan insentif. Mungkin kita tidak memenuhi kriteria,” ujarnya.

Ani mengatakan, saat ini seluruh perawat yang bukan PNS berharap pemerintah bisa mengangkat mereka menjadi ASN.

“Doa kita sehari-hari hanya ini. Kita berharap bisa secepatnya diangkat menjadi ASN,” ujarnya.

Sementara itu, Asep yang berusia paruh baya juga mendoakan agar presiden tergerak.

“Saya berharap setelah mahkota, bapak presiden segera memberikan kita anugerah berupa status ASN. Umur saya 50 tahun, tinggal beberapa tahun lagi menikmati gaji ASN. Semoga Allah menggerakkan hati Presiden Joko Widodo, “. “, ucapnya menyimpulkan. (esy/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *