Handini Wulan Raih Predikat Cumlaude Doktor, Ungkap Aktor Politik dalam Media Cetak

saranginews.com, Jakarta – R.H. Handani Volan, M.Ikom menerima penghargaan pada program pascasarjana PhD bidang Komunikasi di Shaheed University (ASH).

Dalam esainya “Aktor Politik di Media Cetak, Analisis Kritis Buletin Parlemen Theon Van Dijk sebagai Agen Visual,” Handney menjelaskan bahwa penelitian ini bermula dari ketertarikan peneliti terhadap aktor politik yang dimuat secara rutin di halaman ketiga majalah tersebut Parlemen. Buletin. .

Baca Juga: Lulusan Magister MIM FTUI Pertama, Triadi Lulus Dengan Pujian Dalam Waktu 1,5 Tahun

Buletin Parlemen merupakan salah satu media yang diterbitkan oleh DPR RI.

Buletin ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang akurat, jelas dan mudah dipahami mengenai kebijakan, peraturan perundang-undangan, dan operasional DPR RI.

Baca juga: Lulus dengan Predikat Rendah, Agus Sobegio Kini Raih Gelar Ph.D.

“Selanjutnya, tingkatkan kesadaran masyarakat akan peran DPR RI dalam merumuskan kebijakan dan pelayanan kepada masyarakat,” kata Wolan saat membuka Senat Universitas Shaheed, Rabu (28/2) dalam forum tersebut.

Mengutip Lord Acton, profesor sejarah kontemporer di Universitas Cambridge, Willan mengatakan: Kekuasaan korup, kekuasaan absolut pasti korup. Kekuasaan korup, dan kekuasaan absolut pasti korup. Pepatah ini sepertinya tepat untuk menggambarkan seorang penguasa yang ingin menyalahgunakan kekuasaannya. Korupsi yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan uang, tetapi juga berkaitan dengan kebijakan penguasa.

Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2021: Bagaimana Susunan Kamlad bagi Pelamar Sarjana Diploma IV?

“Peneliti menduga penerbitan buletin Kongres tidak sejalan dengan visi dan misi awal,” jelasnya.

Peneliti menduga aktivis politik menggunakan Buletin Parlemen. Sebab, iklan dianggap sebagai alat yang efektif untuk menciptakan citra di masyarakat.

Kelanjutan aktor politik yang diteliti selalu muncul di halaman ketiga setiap edisi, meski keanggotaan DPR RI yang tergabung dalam 9 fraksi dari 80 daerah pemilihan dapat menjadi sumber informasi.

Tujuan penelitian ini, lanjut Wolan, adalah untuk mengeksplorasi praktik komunikatif yang digunakan media sebagai konsep tekstual dan sosial untuk menggambarkan aktor politik dalam pemberitaan kongres.

Kedua, mengungkap struktur sosial dalam wacana aktor politik dalam berita parlemen.

Sebagai cara untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, kata Wolan, penggunaan kerangka teori Habermas mengarah pada tindakan komunikatif.

Teori Berlow mengembangkan seni lukis, begitu pula analisis wacana kritis Van Dyck digunakan sebagai metode untuk mengeksplorasi tujuan penelitian.

Volan menambahkan, penelitian ini menggunakan paradigma kritis melalui pendekatan kualitatif untuk merespon dua rumusan masalah yang mengemuka dalam Buletin Parlemen edisi 1200-1210 yang terbit pada Mei hingga Agustus 2022.

Dijelaskannya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan strategis dalam teks sebagai sarana untuk melihat aktor politik tercermin dalam ruang publik dalam deklarasi parlemen.

Memang benar, ruang publik harus bebas dan inklusif, yang merupakan prioritas prinsip demokrasi.

Partisipasi masyarakat dalam proses politik menjamin partisipasi yang tidak dibatasi oleh kekuatan ekonomi atau politik.

“Oleh karena itu, demokrasi dapat dibedakan dengan demokrasi deliberatif, yang mewakili akses terbuka dan komprehensif terhadap informasi mengenai hak-hak individu dengan partisipasi aktif melalui dialog atau debat di ruang publik”.

Sedangkan bagi Biro Pemberitaan DPR RI, lanjut Volan, agar pemberitaan parlemen kembali ke tujuan semula.

Sebagai media internal, mereka mempublikasikan informasi tentang anggota DPR dengan tidak memihak dan mengedepankan jurnalisme yang baik.

Agar tidak membatasi jurnalis lain untuk berpihak pada pemain politik tertentu.

Biro pemberitaan DPR juga punya kemampuan meniru dan meniru perilaku bapak humas dunia, khususnya Ivy Lee. Pendekatan Lee berfokus pada transparansi, kejujuran dan komunikasi terbuka dengan media.

Ia menyimpulkan: “Salah satu konsepnya adalah ‘pernyataan dasar’ atau ‘pernyataan awal’ yang menekankan pentingnya memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada media untuk menghindari misrepresentasi dan spekulasi. (esy/jpnn )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *