saranginews.com, JAKARTA – Rektor universitas resmi melantik Prof. dr. dr. Satyanegara, Sp.BS(K) selaku Ketua Majelis Wali Amanat Fakultas Kedokteran.
Prosesi pelantikan ditandai dengan penandatanganan dokumen pelantikan oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Universitas Kepresidenan DR SD Darmono dan Prof. Satyanegara.
BACA JUGA: Bhinneka dan President University latih UKM lokal dalam digitalisasi
SD Darmono berharap prof. Satyanegara dapat berperan aktif dalam dunia kesehatan di tingkat nasional.
“Harapannya kita bisa menyelenggarakan pendidikan dan kesehatan yang berdampak baik bagi masyarakat, sehingga kita dan para akademisi dapat berperan baik di masyarakat,” kata Darmono di Presidential University, Jumat (3/1).
BACA JUGA: Beasiswa President University untuk menggunakan aplikasi PRTV
Prof. Satyanegara akan semakin memperkuat posisi Presidentcy University Medical College yang baru berumur beberapa bulan. President University akan resmi membuka Fakultas Kedokterannya pada Agustus 2023.
Dalam dunia kedokteran Indonesia, Prof. Satyanegara dikenal sebagai maestro di bidang bedah saraf.
BACA LEBIH LANJUT: Pendiri President University usulkan ada 34 menteri pendidikan
Dalam kuliah tamunya, Prof. Satyanegara membagi era dunia kedokteran menjadi empat tahap. Pertama, periode awal hingga tahun 1799, yang disebutnya periode pengobatan primitif.
“Hal ini ditandai dengan pengobatan dari bahan-bahan alami,” kata Prof. di Universitas Presiden Satyanegara pada Jumat (3 Januari).
Periode kedua berlangsung dari tahun 1880 hingga 1950 yang dikenal dengan istilah pengobatan perkembangan. Hal ini ditandai dengan adanya inovasi dan perkembangan di bidang kedokteran yang diawali dengan ditemukannya listrik, vaksinasi, metode anestesi, jarum suntik, jahitan dan berbagai alat kesehatan sederhana lainnya.
Periode ketiga, 1950-2019 disebut era pengobatan modern. Pada masa ini terjadi lompatan besar dalam bidang kedokteran.
“Cakupannya tidak hanya meluas, tetapi juga mendalami bidang genetika, imunologi, dan farmakologi,” jelas Prof. Satyanegara.
Pada periode keempat yang dimulai pada tahun 2020, dunia medis memasuki era pengobatan preventif yang sering disebut pengobatan masa depan.
Untuk bioteknologi, menurut Prof. Satyanegara, praktiknya sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala.
Hal ini terlihat dari upaya manusia yang menerapkan fermentasi, rotasi tanaman, atau penggunaan insektisida alami untuk meningkatkan produksi pertanian dan pangan.
Kuliah tamu dibawakan oleh Prof. Satyanegara menjelaskan empat prinsip dasar bioteknologi, yakni pemanfaatan zat hayati, penggunaan metode tertentu, kemampuan menghasilkan turunan, dan keterpaduan berbagai cabang ilmu atau multidisiplin.
“Bidang kedokteran banyak sekali manfaatnya dengan berkembangnya bioteknologi. Diantaranya masyarakat bisa melakukan rekayasa genetika, memproduksi hormon insulin, kloning, antibiotik, vaksin, stem cell dan masih banyak lagi,” jelasnya.
Menurut Prof. Satyanegara, semua itu pada akhirnya berdampak positif, karena bioteknologi memberikan peluang yang semakin besar bagi manusia untuk mencegah penularan penyakit. (esy/jpnn)