saranginews.com, MAGELANG – Mustakim senang.
Penggali makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Giriloyo Kota Magelang baru saja menerima uang sebesar Rp1,5 juta dari Korps Pegawai Negeri Sipil (Korpri) Kota Magelang. Mustakim merupakan salah satu penerima bantuan dari 49 petugas untuk pemulihan dan pemakaman jenazah Covid-19 di Magelang.
BACA JUGA: Beratnya Beban Jenazah Pasien Covid-19, Begini Ceritanya
Uang itulah yang mereka peroleh untuk menggali kuburan di atas jenazah Covid-19.
Standar tunjangan lembur pemakaman Covid-19 dari APBN-P Kota Magelang juga baru-baru ini dikurangi.
Baca juga: Satgas Covid-19 Minta Pemerintah Daerah Optimalkan 3T untuk Tekan Penularan
Bagi Mustakim, segala sesuatunya tampak seperti kejadian yang tidak terduga. Tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.
Sejak pemakaman jenazah Covid-19 pertama kali pada 25 Maret 2020, ia menjalankan tugasnya dengan ikhlas.
BACA JUGA: Pak Doni memberikan rumusan keamanan, keimanan dan kekebalan pada pesantren
Tidak ada lagi kompensasi seperti baru-baru ini. “Pada dasarnya kami ingin melayani jenazah dan memberikan perawatan terbaik. “Tidak peduli siapa, kenapa meninggal,” ujarnya, dilansir Radar Semarang.
Mustakim ingat betul. Ada kekhawatiran saat menguburkan jenazah Covid-19. Informasi di luar masih belum jelas, belum jelas penularan virusnya.
Saat itu, ia mengetahui pemakaman jenazah Covid-19 ditangani oleh petugas rumah sakit. Tentu saja tidak. Hal ini seharusnya dilakukan oleh petugas pemakaman di TPU.
Ia berangkat dengan niat ikhlas dan ia bersama rekan-rekannya mendapat pelatihan pemakaman jenazah dengan prosedur Covid-19.
“Kami segera menerima alat pelindung diri (APD/hazmat, catatan Redaksi) karena darurat manajemen,” ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, sudah puluhan jenazah yang dimakamkan di TPU Giriloyo sesuai standar Covid-19.
“Ketika saya ingin menangis melihat prosesi pemakaman yang kosong. Hanya satu atau dua anggota keluarga yang mengirimkan jenazahnya. “Tidak seramai pemakaman biasa,” kata Mustakim.
“Keluarganya hanya melihat prosesi pemakaman dari kejauhan, saya gali kuburnya, saya yang memanjatkan doa, sepi sekali, kasihan sekali,” ujarnya sambil berlinang air mata.
Pria berusia 40 tahun itu terharu ketika anggota keluarga yang masih hidup mengucapkan terima kasih kepada petugas pemakaman.
Selain itu, jenazah Covid-19 yang dikubur juga ditolak di daerah lain.
Kita semua suka kekeluargaan. Saya bilang sabar, ini kehendak Tuhan,” ujarnya.
Lantas, setujukah Mustakim jika pemakaman jenazah Covid-19 disebut sebagai pahlawan Covid-19? Ia mengaku setuju.
Menurut dia, petugas pemakaman merupakan orang yang memberi penghormatan pada tempat peristirahatan terakhir jenazah Covid-19.
Petugas makam harus siap kapan saja jika diperlukan. Sebab, jenazah harus segera dikuburkan dalam waktu kurang dari empat jam. Terkadang pemakaman dilakukan pada malam hari atau dini hari.
“Kita harus kerja tim. Penggalian kuburan saja butuh waktu 2,5 jam. Seperti saya, harus memaksimalkan tenaga dan membatasi waktu istirahat agar proses penggalian bumi bisa cepat selesai,” ujarnya.
Beruntung Mustakim, keluarganya menerima risiko proyek ini. Apalagi di masa pandemi Covid-19.
Dukungan terbesar dari istrinya, Budi Yunita Sari. Kemudian kedua anak itu menjadi sumber penyemangat. Adalah Nimas Nayla Rahmadanti yang kini duduk di bangku IX. kelas SMP, dan Saquin Qiandra Elfatia yang masih berusia tiga tahun.
Ia pun mengalami momen menakutkan saat bertemu dengan putranya yang masih kecil usai ditugaskan menguburkan jenazah Covid-19.
“Saya dulu tidak pernah melihat anak-anak saya, saya sangat merindukan mereka. “Sekarang sudah normal, yang penting ikuti protokol kesehatan, Insya Allah aman,” jelasnya.
Tak lupa, ia rutin berolahraga untuk meningkatkan imunitas tubuhnya. Dia paling suka bermain sepak bola.
Ia juga mengonsumsi multivitamin yang disediakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang. Jadi sudah jelas bahwa makanan lainnya dijamin.
Kuota lima orang per minggu. Alhamdulillah hasil usap kami semua negatif Covid-19, ujarnya.
Bahkan ada kebijakan Pemerintah Kota Magelang melalui DLH yang dinilai tepat. Setelah petugas kepolisian selesai menguburkan jenazah mereka yang positif Covid-19, mereka harus mengisolasi diri di rumah selama seminggu.
Tugas selanjutnya dilakukan oleh petugas lainnya secara bergantian. Mustakim mengatakan, ada 18 petugas pemakaman di TPU Giriloyo yang bekerja di TPU.
“Polisi di lapangan rukun, saling membantu,” ujarnya.
Kini petugas makam di TPU Giriloyo mendapat tambahan Rp 100 ribu untuk setiap pemakaman sesuai standar protokol kesehatan.
Jika pemakaman dilakukan pada malam hari, akan dikenakan biaya tambahan untuk lembur. Ia berpesan kepada masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Pengalaman tersebut menyadarkannya bahwa Covid-19 itu ada. Virus ini mudah menyerang orang dengan imunitas rendah dan sangat berbahaya jika memiliki penyakit bawaan.
“Lakukan 3M, pakai masker, cuci tangan pakai sabun, jaga jarak, hindari kerumunan, jangan stres, olah raga dan makan makanan sehat,” pungkas Mustakim. (*/puputpuspitasari/ida)Jangan lewatkan video pilihan editor ini: