Demi Masa Depan Anak, Kasus Binus School Sebaiknya Diselesaikan secara Kekeluargaan

saranginews.com – Kasus perundungan di Sekolah Serpombinus menjadi viral di media sosial.

Semua pihak menyatakan penyesalan atas kekerasan tersebut.

Baca Juga: Binus School Serpong Ungkap 4 Fakta Penting Kasus Bullying

Selain itu, pihak sekolah secara sepihak memutuskan untuk mengeluarkan anak-anak yang terlibat dalam kasus perundungan “Warung Ibu Gaol” dan “Gang Tai”.

Bonter Tobing, kuasa hukum anak bernama depan M, pun menyayangkan keputusan tersebut.

Baca juga: Prof Zainuddin Ungkap Kekhawatiran Atas Bullying Siswa di Sekolah Elit Binus School Serpong

Ia menilai Binus School Serpong harus bertanggung jawab atas kasus tersebut.

Mengingat bimbingan dan supervisi yang dilakukan pihak sekolah tidak dilanjutkan.

BACA JUGA: Binus School Serpong Bicara Tegas Terkait Kasus Bullying

“Pokoknya dia tidak menghiraukan rombongan anak sekolah di warung tersebut. Gang Tai yang sudah sembilan tahun berada di Binus berkumpul di Warung Ibu Gaol karena pengakuan para siswanya,” kata Bontre saat dihubungi, Jumat (23). /). menjelaskan. 2).

Tak hanya itu, ia juga menyayangkan keputusan sepihak Binus School Serpong yang mengklarifikasi kasus perundungan tersebut pada 2 hingga 13 Februari 2024.

Menurut dia, anak-anak tersebut diperiksa pihak sekolah pada 15 dan 16 Februari 2024 tanpa orang tua.

Binas secara sepihak mengklarifikasi langsung hal tersebut kepada anak-anak tersebut tanpa berkonsultasi dengan orang tua atau pihak yang berkepentingan, ujarnya.

Selain itu, pihak sekolah menelepon orang tua anak-anak tersebut pada tanggal 20 Februari 2024, karena meyakini ini adalah insiden perundungan.

Binus School Serpong saat itu menawarkan dua opsi dalam kasus tersebut, yakni mengeluarkan anak tersebut dari sekolah atau menarik anak tersebut.

“Pilihan ini bisa dibilang memaksa Anda untuk mengundurkan diri karena jika Anda melakukannya, Anda tidak akan bisa mengurus Paket C,” tambah Bunter.

Bontar menyayangkan kejadian tersebut.

Ia juga menyampaikan simpatinya kepada para korban dan orang tua serta anak-anak yang diwawancarai.

“Semua anak-anak ini adalah korban, termasuk mereka yang dilaporkan kehilangan masa depan karena dikeluarkan dari sekolah sebelum ujian akhir,” kata Bunter.

Permasalahan ini harus diatasi melalui pertemuan antara sekolah, polisi, korban, pelaku dan orang tua. Kalaupun ada hukuman, seharusnya lebih ke peran pembinaan karena saat ini anak-anak sudah diadili. – di media sosial,” jelasnya. (dil/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *