Kemendikbudristek: STP Jangan Hanya Jadi Pusat Pengembangan Teknologi 

saranginews.com, Jakarta – Pembangunan Science and Technology Park (STP) merupakan langkah strategis dalam memajukan hasil riset dan teknologi menuju proses industrialisasi yang lebih baik, serta mempercepat proses hilirisasi universitas dan menghasilkan output yang lebih signifikan.

Hal ini sejalan dengan visi dan misi Presiden Indonesia yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.

Baca Juga: Transformasi Digital, STP Trisakti bersiap menjadi institusi

Plt. Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Ristek, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan STP di Indonesia hendaknya tidak hanya berfungsi sebagai pusat pengembangan teknologi, tetapi juga menjadi alat untuk menghasilkan spin-off yang bermanfaat bagi dia. Pertumbuhan ekonomi.

Melalui taman iptek, kampus harus mulai menjadi mesin pertumbuhan ekonomi melalui riset dan inovasi.

Baca Juga: K2 Dapat Honor Teknis SK PPPK 2023, Ada Yang Aneh Soal Besaran Gapok

Dalam sambutannya pada diskusi publik hasil focus group Discussion, Nizam menyampaikan: Kami sedang menciptakan jaringan global yang akan menghubungkan pusat-pusat penelitian Indonesia dengan pasar global, dimulai dengan pertemuan online dengan institusi seperti Oxford, Edinburgh, Stanford dan lain-lain. . (FGD) di STP, Jumat (8/3).

Nizam mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekosistem dimana generasi milenial berkembang secara online dan taman sains teknologi di berbagai universitas saling terhubung untuk mengembangkan spin-off kampus.

Baca Juga: Ratusan Kontrak Honorer Diperpanjang, Termasuk Lulusan PPPK 2023

Dalam kegiatan FGD ini dilakukan gap analysis untuk mendapatkan masukan, arahan dan pemahaman mendalam terhadap kondisi Science Technology Park saat ini.

Peserta FGD tersebut adalah para direktur STP di berbagai universitas ternama seperti ITB, UI, UGM dan IPB, perwakilan MIT Reap, diaspora dari Inggris, Australia, Malaysia dan Taiwan serta perwakilan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi. Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Pembicara utama pada FGD dan diskusi umum ini adalah Prof. dokter. Erika B. Laconi (STP IPB), Surya Nugroho S.T., M.T., Ph.D (STP ITB), Prof. dokter. Sang Kampiang Weerawan, STP UGM, Prasandya Astagiri Yusuf, PhD (STP UI), Marina Kusumavardani (MIT REAP Java).

Turut pula perwakilan Diaspora Fauzan Adziman PhD (Universitas Oxford), Prof. Irvandi Jasvir PhD (IIUM Kuala Lumpur), Juliana Sutanto PhD (Monash University), Vincentius Adi PhD (National Chang Hsing University) Prof.

Penyedia memberikan wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan STP yang berkelanjutan dan berdampak positif. Ada 6 poin penting yang dibahas dalam diskusi ini:

1. Manajemen – Fokus pada kerjasama antara kampus dan STP sesuai tridharma yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Model kolaboratif termasuk inkubasi, akselerasi dan pengelolaan unit bisnis telah diterapkan oleh beberapa universitas.

2. Perlunya otoritas – Perlunya peningkatan tenaga terlatih di STP serta mengintegrasikan penelitian pembaca dan mahasiswa untuk menghasilkan inovasi yang dapat diterapkan secara komersial. Dukungan pemerintah juga diharapkan untuk kelancaran investasi jangka panjang.

3. Peran Mahasiswa – Mahasiswa dianggap sebagai penggerak penting inovasi dan wirausaha potensial di STP.

4. Kerja sama industri – Model kerja sama dengan industri harus lebih terbuka dan beragam, tidak hanya sebatas MoU saja, namun juga melalui berbagai kegiatan jaringan industri.

5. Pengelolaan keuangan – pentingnya pengelolaan dana yang baik, dengan memperhatikan peraturan yang berlaku dan memastikan pendanaan yang jelas.

6. Teknologi Hilir – Infrastruktur harus memadai untuk mendorong hilirisasi dengan fokus pada pengembangan produk dan pembuatan prototipe.

“Dari kegiatan ini juga teridentifikasi banyak tantangan, seperti rumitnya proses inkubasi, pembangunan infrastruktur yang tepat, dan peningkatan pendanaan penelitian,” ujar Guru Besar tersebut. dokter. Erica B. Laconi dari STP IPB.

Rekomendasi yang dihasilkan menekankan pentingnya meningkatkan kolaborasi antara universitas, industri, dan pemerintah untuk menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan.

“Ini merupakan langkah awal yang penting untuk memperkuat ekosistem inovasi di Indonesia, khususnya dalam mendukung hasil penelitian dan hilirisasi teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” ujar Prasandya Astagiri Yusuf, Ph.D dari STP UI. (esy/saranginews.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *